Ancaman Resesi Global, Analis Prediksi Ekspor RI Bakal Melemah

Sabtu, 8 Oktober 2022 08:00 WIB

Ilustrasi kapal pengangkut peti kemas ekspor dan impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah analis melihat dunia tengah berada di ambang resesi. Beberapa negara maju mulai menunjukkan gejalanya, termasuk Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan kondisi ini telah direspons oleh pelaku pasar. “Kenaikan inflasi yang sangat tinggi di negara maju yang diikuti respons kebijakan moneter luar biasa dan likuiditas ketat memacu apa yang disebut capital outflow dan volatilitas di sektor keuangan,” ujar Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Jumat, 7 September 2022.

Ibrahim menyebut Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi ekonomi global dari 3,6 persen menjadi 3,2 persen untuk 2022 dan 3,6 persen menjadi 2,9 persen untuk tahun 2023. Menurutnya, kondisi ini akan menekan pertumbuhan ekonomi negara berkembang—termasuk Indonesia.

Indonesia, kata dia, bisa berbangga lantaran ekonominya tumbuh 5,44 pada kuartal kedua 2022. Namun, tantangan luar biasa menanti di depan mata. Jika dunia mengalami resesi—termasuk AS dan Eropa—kondisi ini akan berdampak terhadap capaian ekspor Indonesia.

Baca juga: Bahlil Sebut Minimnya SDM Berkualitas Hambat Hilirisasi: Harus Berbesar Hati Terima dari Luar

Advertising
Advertising

Laju ekspor Indonesia diperkirakan melorot. “Karena permintaan turun. Jika demikian, otomatis harga komoditas akan melemah,” tutur Ibrahim.

Selain itu, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada September 2022 turun US1,4 miliar menjadi US$130,8 miliar dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya. Meskipun cadangan devisa turun, posisinya masih setara dengan pembiayaan 5,9 bulan impor atau 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Selain itu, berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. “Terkurasnya cadangan devisa lantaran terdapat kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global,” ucap Ibrahim.

Dia menyebut BI memandang cadangan devisa Indonesia tetap memadai. Sebab, ada dukungan stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga. “Ini seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung proses pemulihan ekonomi nasional,” ujarnya.

Baca juga: Presiden Targetkan 180 Ribu Mobil Diekspor dari Patimban

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

10 jam lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

11 jam lalu

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

Amnesty International menyiarkan temuan adanya jaringan ekspor spyware dan pengawasan ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

1 hari lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

1 hari lalu

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mengatakan kinerja ekspor sawit mengalami penurunan. Ini penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

2 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

6 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

6 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

7 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

8 hari lalu

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

Nilai transaksi potensial paviliun Indonesia di Cafex Expo 2024, Mesir, capai Rp 253 milir. Didominasi oleh produk biji kopi Indonesia.

Baca Selengkapnya