TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebutkan salah satu tantangan yang dihadapi pemerintah dalam mendorong hilirisasi adalah kesiapan sumber daya manusia (SDM) di Tanah Air.
Oleh sebab itu, ia menyebutkan, Indonesia perlu memaksimalkan sumber daya yang ada. Selain itu, bangsa ini harus berbesar hati jika ada tenaga asing yang bekerja karena minimnya SDM yang sesuai memenuhi kualifikasi dalam proses hilirisasi tersebut.
"Kita ini jangan pesimis. Indonesia harus siap menuju hilirisasi. Strateginya, maksimalkan tenaga dalam negeri yang sudah ada. Kalau belum ada, kita harus berbesar hati terima dari luar (negeri)," kata Bahlil dalam keterangan resmi, Kamis, 6 Oktober 2022.
Keterangan resmi itu disarikan dari orasi ilmiah Bahlil di hadapan 1.200 mahasiswa dengan judul "Transformasi Ekonomi melalui Hilirisasi dengan Kearifan Lokal" di Kampus UI Depok, Jawa Barat, Rabu, 5 Oktober 2022.
Baca: Bahlil Lahadalia: Ekonomi Global Saat Ini Gelap, Gelap Sesungguhnya
Menurut dia, ketimbang antipati dengan tenaga kerja asing yang bekerja di dalam negeri, jauh lebih penting adalah memikirkan bagaimana mengoptimalkan proses transfer knowledge dalam kegiatan produksi. "Tinggal bagaimana kita melakukan percepatan," ujar Bahlil.
Lebih jauh Bahlil menjelaskan bahwa sejak masa penjajahan sampai kemerdekaan yakni tahun 1990-an, bentuk sebagian besar produk ekspor Indonesia masih sama, yaitu berupa komoditas mentah. Oleh karena itu, pemerintah perlu mendorong agar tidak terjebak menjadi negara pendapatan menengah (middle income trap). Hilirisasi pun dinilai jadi solusi tepat.
"Kita harus optimis di era ekonomi yang gelap. Ke depannya, kami ingin Indonesia menjadi salah satu pemain terbesar melalui hilirisasi. Tidak hanya ingin hilirisasi, kami juga ingin investasi yang masuk ke daerah wajib berkolaborasi dengan UMKM," ucap Bahlil.
Hal senada disampaikan oleh Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Teguh Dartanto. Ia menyebutkan cara merealisasikan mimpi Indonesia untuk menjadi negara maju dan keluar dari middle income trap adalah dengan melakukan transformasi ekonomi.
Untuk itu, kata Teguh, hilirisasi mutlak dilakukan agar perekonomian dalam negeri tumbuh, dengan prinsip lebih hijau dan lebih berkelanjutan. Meski begitu, ia mengingatkan agar harus ada nilai tambah melalui hilirisasi. Artinya, investasi tidak sekadar angka, tapi yang memberikan dampak bagi masyarakat Indonesia.
Ia mencontohkan pengalaman di masa lalu ketika ekspor konsentrat masih sangat masif dan tidak memberikan nilai tambah apapun bagi Indonesia. "Tetapi dengan hilirisasi, kita olah di dalam negeri, lalu produknya kita ekspor. Kenapa dilakukan? Karena nilai tambahnya akan jatuh di negara kita," ujarnya.
Hilirisasi, menurut Bahlil, juga menjadi salah satu alasan Indonesia bertahan selama pandemi Covid-19. "Ini adalah hasil dari hilirisasi, hingga ekspor kita meningkat drastis. Di sini juga ada isu kearifan lokal, di mana investasi tujuan akhirnya adalah pembangunan manusia dan bangsa kita," kata Teguh.
ANTARA
Baca juga: CEO Freeport Janji Bangun Smelter di Papua pada 2024: Pemerintah Peringatkan Kami Gerak Cepat
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.