Terkini Bisnis: Ancaman Resesi 2023 Mirip Krisis 1970, Ukuran Tempe dan Tahu Mengecil
Reporter
Tempo.co
Editor
Francisca Christy Rosana
Jumat, 7 Oktober 2022 11:56 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tanda-tanda resesi global menjadi isu yang disorot pembaca selama sepekan ke belakang. Ekonom menilai resesi global 2023 mirip dengan krisis 1970.
Krisis puluhan tahun lampau itu menyebabkan dunia mengalami gejolak inflasi. Berita selanjutnya tentang kenaikan harga kedelai yang menyebabkan ukuran tahu dan tempe menyusut. Berikut ini empat berita terkini di kanal ekonomi dan bisnis.
1. Ekonom: Resesi Global 2023 Lebih Mirip Krisis 1970 Ketimbang 1998
Tanda-tanda ancaman resesi global semakin terlihat. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai kondisi krisis ekonomi yang dialami dunia saat ini lebih mirip resesi 1970 ketimbang krisis 1998 dan 2008.
“Kondisi krisis saat ini lebih mirip resesi 1970 dibandingkan dengan (krisis moneter) 1998 dan 2008. Tahun 1998, krisisnya regional hanya kawasan Asia. Sementara tahun 2008 penyebabnya adalah kredit perumahan AS atau krisis sektor keuangan," kata Bhima ketika dihubungi oleh Tempo melalui pesan WhatsApp, pada Kamis, 6 Oktober 2022.
Sedangkan pada 1970, dunia dilanda krisis minyak karena perang teluk. Walhasil, berbagai negara di dunia mengalami gejolak inflasi. Di Indonesia, krisis itu juga sekaligus menandai transisi dari Orde Lama ke Orde Baru.
Bhima mengatakan pemerintah harus pasang kuda-kuda untuk mengantisipasi krisis. Misalnya dengan menjaga stabilitas stok pangan nasional dengan mengurangi ketergantungan impor beberapa komoditas yang rawan terimbas melemahnya kurs. Stok pangan yang dimaksud ialah gula, garam, daging sapi, gandum, dan bawang putih.
Baca selengkapnya di sini.
<!--more-->
2. Harga Kedelai Naik Bikin Ukuran Tahu dan Tempe Menyusut, Kemendag Beberkan Penyebabnya
Harga kedelai terpantau melambung dalam beberapa hari terakhir. Pelaksana tugas Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Syailendra mengklaim sebetulnya tren harga kedelai per bushel pada Oktober 2022 sudah cenderung turun.
Namun, harga kedelai masih tetap tinggi lantaran kenaikan yang terjadi pada periode sebelumnya. "Sampai September-Oktober ini memang harga masih tinggi karena kedelai itu sistem stoknya itu di para importir itu dynamic," ujarnya saat dihubungi Tempo pada Jumat, 7 Oktober 2022.
Per September 2022, harga beli kedelai naik menjadi Rp 12.385 per kilogram. Sedangkan harga jual di Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Kopti) lebih tinggi, yaitu Rp 13.044. Kemudian harga beli kedelai per 4 Oktober di Kopti sebesar Rp 12.575.
Syailendra berujar, kenaikan harga kedelai tak bisa dihindari karena komoditas tersebut sangat tergantung pada impor. Total impor kedelai dari total kebutuhannya hampir 90 persen.
Baca selengkapnya di sini.
<!--more-->
3. Mentan Akan Tarik Penyuluh Pertanian di Bawah Koordinasi Kementan
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo akan mengangkat para penyuluh petani sebagai pegawai langsung di kementeriannya. Rencana itu ia sampaikan dalam pembekalan penyuluhan pertanian nasional.
"Penyuluh mau enggak kalau jadi pegawai langsung Kementerian Pertanian?" tanya Syahrul di hadapan 1.000 penyuluh yang hadir di kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta Selatan, Kamis, 6 Oktober 2022.
Serempak, para penyuluh pun mengiyakan ajakan tersebut. Syahrul kemudian menetapkan mulai hari ini, 6 Oktober 2022, para penyuluh di seluruh Indonesia secara langsung dan secara fungsional akan bernaung berada di bawah Kementerian Pertanian.
Meski saat ini penyuluh pertanian masih berada di struktur lembaga otonomi daerah, Syahrul menyebut ia tak peduli. Ia meminta Sekjen Kementan agar mencari jalan untuk mewujudkan legalisasinya.
Baca selengkapnya di sini.
<!--more-->
4. CEO Freeport Janji Bangun Smelter di Papua pada 2024: Pemerintah Peringatkan Kami Gerak Cepat
Chairman of the Board & CEO Freeport Mc-MoRan, Richard C Adkerson, menjanjikan bakal membangun industri pengolahan di Papua pada tahun 2024. Hal ini dilakukan usai pembangunan smelter di Gresik, Jawa Timur, rampung pada tahun yang sama.
"Di masa mendatang, kami juga akan membidik pembangunan fasilitas pengolahan di Papua. Tapi saat ini pemerintah sudah memperingatkan kami untuk gerak cepat," kata Adkerson dalam Orasi Ilmiah: Transformasi Ekonomi melalui Hilirisasi dengan Kearifan Lokal yang digelar di Universitas Cenderawasih, Papua, Kamis, 6 Oktober 2022.
Dalam pidatonya yang disiarkan lewat YouTube BKPM tersebut, Richard menyatakan pada awalnya Freeport berjanji menyelesaikan pembangunan smelter pada 2023. Namun pembangunan pabrik pengolahan itu akhirnya molor karena adanya pandemi Covid-19 dan perubahan rantai suplai yang terjadi di dunia.
Baca selengkapnya di sini.
Baca juga: Sandiaga: Untuk Menghadapi Resesi, Kita Bertopang kepada UMKM
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.