Pinjaman Luar Negeri Lebih Baik Ketimbang Obligasi

Reporter

Editor

Rabu, 11 Maret 2009 16:42 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Managing Director Head of Asia Pacific Economic and Market Analysis Citigroup Johanna Chua menilai, mencari pinjaman luar negeri untuk menutup defisit anggaran lebih baik bagi Indonesia dibandingkan menerbitkan obligasi.

Alasannya, risiko pinjaman lebih kecil ketimbang menerbitkan obligasi. "Penyerapan pasar tidak akan maksimal kalau menerbitkan obligasi, terlebih kondisi krisis ekonomi makin memburuk," kata Johanna di Jakarta, Rabu (11/3).

Menurut Chua, pemulihan krisis ekonomi global baru akan terjadi pada kuartal pertama 2010. Itu pun pemulihannya masih dangkal. Kapitalisasi pasar modal dunia sudah tergerus lebih dari US$ 30 triliun atau Rp 360 kuadriliun (Rp 360 ribu triliun) sejak setahun lalu. Citigroup menilai perekonomian Indonesia masih rentan terhadap berbagai risiko perekonomian yang terjadi saat ini.

Perekonomian Indonesia, ia melanjutkan, akan melambat akibat perlambatan investasi yang tajam. "Kami berpendapat permintaan domestik akan melambat seperti terlihat pada kuartal ke empat 2008 dan akan berlanjut di 2009," ujarnya.

Menurut dia, agenda pemilihan umum yang akan dilaksanakan hanya bisa mengangkat permintaan domestik secara temporer saja. "Kami memperkirakan pertumbuhan tahun ini akan berada di level 3,5 persen di 2009 dan akan membaik menjadi 4,6 persen pada 2010," katanya.

Chua berharap pemerintah tetap mempertahankan defisit anggaran di bawah dua persen dan memberikan stimulus terbatas.

Sementara itu, neraca pembayaran akan bergerak secara moderat di sekitar 0,4 persen dari GDP. Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate), kata dia, akan bergerak ke level 7 persen pada tahun ini mengingat laju inflasi akan melambat. Meskipun BI Rate turun, Citi memperkirakan pertumbuhan kredit melambat ke level 15-18 persen tahun ini karena permintaan kredit yang menurun.

Chua menjelaskan, Indonesia sampai saat ini belum mengambil tawaran Dana Moneter Internasional atau International Monetery Fund (IMF) sebesar US$ 15,2 miliar atau Rp 181 triliun. Padahal dana tersebut bisa menjadi sumber pendanaan jangka pendek.

Pemerintah pada Februari lalu baru saja menerbitkan obligasi MTN Global senilai US$ 3 miliar atau Rp 36 triliun. Namun yield (imbal hasil) yang dibayarkan cukup besar hingga mendekati 12 persen.

EKO NOPIANSYAH

Berita terkait

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

15 hari lalu

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

Erick Thohir mengatakan BUMN perlu mengoptimalkan pembelian dolar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

16 hari lalu

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

Erick Thohir mengarahkan agar BUMN membeli dolar secara optimal dan sesuai kebutuhan di tengah memanasnya geopolitik dan penguatan dolar.

Baca Selengkapnya

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

16 hari lalu

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

BI mencatat jumlah utang luar negeri Indonesia jumlahnya naik 1,4 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

BI Laporkan Cadangan Devisa Indonesia Turun Jadi US$ 144 Miliar

59 hari lalu

BI Laporkan Cadangan Devisa Indonesia Turun Jadi US$ 144 Miliar

BI mencatat cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2024 senilai US$ 144 miliar.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Makan Siang Gratis Bisa Berujung Utang Luar Negeri, Jadwal dan Cara Pendaftaran CPNS 2024

18 Februari 2024

Terpopuler: Makan Siang Gratis Bisa Berujung Utang Luar Negeri, Jadwal dan Cara Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Program makan siang gratis bisa berujung pada utang luar negeri, jadwal dan cara mendaftar CPNS 2024

Baca Selengkapnya

Ekonom Prediksi Program Makan Siang Gratis Berujung pada Utang Luar Negeri

17 Februari 2024

Ekonom Prediksi Program Makan Siang Gratis Berujung pada Utang Luar Negeri

Ekonom memprediksi, jika program makan siang gratis akan berujung pada penambahan utang luar negeri. Ini alasannya.

Baca Selengkapnya

Terkini: Prabowo-Gibran Unggul Begini Kata Walhi, Bapanas Sebut Bantuan Pangan Beras Kembali Disalurkan

15 Februari 2024

Terkini: Prabowo-Gibran Unggul Begini Kata Walhi, Bapanas Sebut Bantuan Pangan Beras Kembali Disalurkan

Pasangan Capres dan Cawapres) nomor urut dua Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) unggul di hitung cepat.

Baca Selengkapnya

Utang Luar Negeri Naik jadi US$ 407,1 Miliar pada Akhir 2023, Begini Penjelasan Lengkap BI

15 Februari 2024

Utang Luar Negeri Naik jadi US$ 407,1 Miliar pada Akhir 2023, Begini Penjelasan Lengkap BI

Bank Indonesia (BI) mengumumkan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada kuartal keempat tahun 2023 naik menjadi US$ 407,1 miliar.

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa Turun, Disedot Jatuh Tempo Bayar Utang Luar Negeri Pemerintah

9 Februari 2024

Cadangan Devisa Turun, Disedot Jatuh Tempo Bayar Utang Luar Negeri Pemerintah

Cadangan devisa Indonesia menurun pada bulan pertama 2024 gara-gara pembayaran utang luar negeri. Masih dua kali lipat dari standar internasional.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia Catat Utang Luar Negeri RI Capai Rp 6.230 Triliun

16 Januari 2024

Bank Indonesia Catat Utang Luar Negeri RI Capai Rp 6.230 Triliun

Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri RI per November 2023 sebesar US$ 400,9 miliar atau Rp 6.230 triliun.

Baca Selengkapnya