Warteg Bersiap Naikkan Harga Jual Jika Harga BBM Naik Lebih dari 20 Persen, Ini Besarannya
Reporter
Arrijal Rachman
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 31 Agustus 2022 16:24 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha warteg mulai ancang-ancang menaikkan harga jual jika harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinaikkan pemerintah. Santer beredar kabar pengumuman kenaikan harga BBM dilakukan pemerintah mulai besok, Kamis, 1 September 2022.
Ketua Koordinator Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni mengatakan rencana kenaikan bakal membuat pengusaha warteg menyesuaikan harga jualnya. Tapi kata dia, kenaikan masih bisa ditahan jika harga BBM tak naik sampai 20 persen dan harga bahan pangan pokok tak melejit.
"Kalau persentase kenaikan lebih dari 20 persen, tentunya kami Kowantara berat untuk bertahan tidak menaikan harga menu di warteg," kata dia saat dihubungi, Rabu, 31 Agustus 2022.
Mengutip laporan Majalah Tempo, BBM subsidi disinyalir akan dinaikkan di rentang harga Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per liter, dari harga Pertalite saat ini Rp 7.650 per liter dan Solar Rp 5.150 per liter. Artinya, kenaikan harga BBM itu sudah sampai sekitar 39,21 persen.
Kendati begitu, Mukroni menjelaskan, para pelaku usaha tidak akan menaikkan harga menu makanan persis seperti besaran kenaikan BBM bersubsidi itu. Sebab, dengan begitu, bisa-bisa pelanggan tidak ada yang datang.
Dari perhitungannya, kata Mukroni, pengusaha warteg kemungkinan akan menaikkan harga menu makanan yang disuguhkan di bawah 20 persen. "Kisaran kami tidak mungkin menaikan harga di atas 20 persen jika daya beli belum sepenuhnya pulih. Tapi jika bahan pokok naiknya sudah di atas 50 persen, mungkin kita bisa naikkan harga di bawah 20 persen," ujar dia.
Secara umum, Mukroni mengatakan, rencana kenaikan harga BBM ini pasti akan mengerek harga pangan. Sementara itu, kondisi daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya dari dampak pandemi Covid-19.
Selanjutnya: "Pedagang warteg lebih takut dengan mbok-mbok penjual bahan baku di pasar."
<!--more-->
"Pedagang warteg yang seperti Kowantara ini butuh kepastian. Jika pemerintah mau menaikan harga BBM, harus ada kepastian, jangan maju mundur. Sementara harga sudah pada naik karena isu BBM akan naik," ujar dia.
Oleh sebab itu, Mukroni berharap, jika keuangan pemerintah tidak lagi mampu menahan harga BBM dengan subsidi, harus diiringi dengan solusi supaya daya beli masyarakat terjaga. Salah satu yang utama bukan dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT) yang diumumkan beberapa waktu lalu, tapi dengan menjaga harga bahan pokok.
"Anggota Kowantara takutnya sama penjual emak-emak, mbok-mbok yang jualan bahan baku warteg di pasar yang setiap hari naikan harga, yang membuat anggota Kowantara jantungan. Nah ini gimana," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memberi sinyal kemungkinan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) segera naik, saat ditanya apakah ada kemungkinan pengumuman kenaikan harga BBM dilakukan pada 31 Agustus 2022.
"Ya tunggu aja besok," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa, 30 Agustus 2022.
Sejauh ini, menurut Arifin, rencana kenaikan harga BBM subsidi tersebut masih dimatangkan. Pemerintah telah menyiapkan bantalan Rp 24,17 triliun kepada masyarakat sebagai tambahan bantuan sosial dalam bentuk bantuan langsung tunai atau BLT atas rencana pengalihan subsidi BBM.
ARRIJAL RACHMAN | ANTARA
Baca: Rasio Utang Indonesia 37,9 Persen, Sri Mulyani: Penggunaan Fiskal Hati-hati
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.