Rasio Utang Indonesia 37,9 Persen, Sri Mulyani: Penggunaan Fiskal Hati-hati

Rabu, 31 Agustus 2022 15:31 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan pemaparan saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 29 Juni 2020. Rapat kerja tersebut beragenda mendengarkan penjelasan tentang PMK No. 70/PMK.05/2020 tentang penempatan uang negara pada bank umum dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi nasional. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan rasio utang Indonesia saat ini sebesar 37,9 persen termasuk relatif modest dibandingkan negara-negara lain. Pada 2021, kata dia, rasio utang Indonesia 40,7 persen terhadap PDB.

"Ini yang menggambarkan bahwa Indonesia menggunakan fiskalnya secara sangat prudent dan hati-hati," kata Sri Mulyani dalam rapat dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat pada Rabu, 31 Agustus 2022.

Dampaknya, menurut Sri Mulyani, terlihat dari pemulihan ekonomi yang cukup baik dan impresif hingga kuartal kedua 2022.

Ia mengakui rasio utang sempat melonjak pada tahun 2021. Namun, seiring dengan perbaikan penerimaan pajak dan pemulihan ekonomi, rasio ini sudah turun kembali di level 37,9 persen pada pertengahan 2022.

Oleh karena itu, Sri Mulyani, Indonesia termasuk dari sedikit negara yang mendapatkan perbaikan pemeringkatan utang oleh Standard and Poor (S&P) dari negatif menjadi stable. Indonesia mendapatkan assessment afirmasi dari lembaga pemeringkat lainnya seperti Moody's, Fitch, R&I, dan JCRA.

Advertising
Advertising

"Artinya, tidak dilakukan perubahan atau tidak mengalami downgrading. Outlook-nya relatif stabil," kata bendahara negara itu.

Selanjutnya: "Perekonomian AS tumbuh harus menambah defisit dan utang 24 persen dari GDP."

<!--more-->

Jika dibandingkan dengan negara-negara sovereign assessment yang lain, kata Sri Mulyani, 161 sovereign assessment mengalami downgrade. Adapun untuk revisi outlook, sebanyak 109 negara dihadapkan pada outlook yang negatif, sedangkan Indonesia afirmasi.

"Ini yang menggambarkan bahwa kita terus berhati-hati menggunakan instrumen APBN yang memang sangat penting, tetap harus bisa mengelola dari dampak guncangan ekonomi melindungi rakyat dan ekonomi, namun tidak mengorbankan kesehatan dan sustainability dari APBN," kata Sri Mulyani.

Lebih jauh Sri Mulyani memaparkan bahwa selama dua tahun belakangan atau 2020-2021, semua negara menaikkan defisit fiskal defisit karena penggunaan fiskal sebagai countercyclical policy. Di Indonesia, defisit fiskal naik 10,7 persen terhadap PDB.

Meski demikian, menurut Sri Mulyani, dengan kenaikan defisit fiskal tersebut dihasilkan Produk Domestik Broto yang sudah melewati sebelum masa pandemi di atas 7 persen. "Bayangkan negara-negara lain yang defisitnya jauh lebih besar yaitu menambah hingga 16 persen."

Bahkan, bila dibandingkan dengan India yang ekonominya pulih tapi harus membayar dalam bentuk lonjakan defisit fiskal hingga 23 persen dari GDP-nya hanya dalam waktu 2 tahun. "Amerika yang perekonomiannya tumbuh dan pulih harus menambah defisit dan utangnya sebesar 24 persen dari GDP," tutur Sri Mulyani.

Baca: Harga BBM Subsidi Dikabarkan Naik Besok, Pertamina Ungkap Kenaikan Volume Penjualan

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

2 jam lalu

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia tahun 2024 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

3 jam lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

7 jam lalu

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati tanggapi kasus penahanan hibah alat belajar SLB oleh Bea Cukai.

Baca Selengkapnya

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

10 jam lalu

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

Bea cukai sedang disorot masyarakat. Ini beberapa kasus yang membuat heboh

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

19 jam lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

1 hari lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

2 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

3 hari lalu

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

Wali Kota Medan Bobby Nasution boleh dibilang banjir penghargaan. Menantu Jokowi ini dapat penghargaan Satyalancana baru-baru ini.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

3 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

3 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya