Sri Mulyani: Penerimaan Perpajakan Pertama Kalinya Tembus Rp 2.000 Triliun pada 2023

Selasa, 16 Agustus 2022 18:47 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani membacakan pandangan akhir Pemerintah atas RUU tentang APBN saat rapat paripurna ke-6 masa persidangan I tahun sidang 2020-2021 di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa, 29 September 2020. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menargetkan penerimaan negara akan naik pada tahun 2023. Meski demikian, ada risiko dari harga-harga komoditas--yang selama ini turut menopang penerimaan negara--yang diprediksi akan melandai pada tahun depan.

Dia berujar, berdasarkan RAPBN 2023 yang telah diumumkan Presiden Joko Widodo sebelumnya di Gedung DPR/MPR, terlihat bahwa pendapatan negara ditargetkan mencapai Rp 2.443,6 triliun. Angka ini naik dari outlook 2022 sebesar Rp 2.436,9 triliun.

"Pendapatan negara akan meningkat dibanding tahun ini," kata Sri Mulyani saat konferensi pers Nota Keuangan dan RUU APBN 2023 di kantor Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, hari ini, Selasa, 16 Agustus 2022.

Penerimaan negara itu terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp 2.016,9 triliun atau naik dari outlook tahun ini sebesar Rp 1.924,9 triliun. Penerimaan perpajakan tersebut pertama kalinya tembus Rp 2.000 triliun pada tahun depan.

"Ini pertama kali dalam sejarah Indonesia penerimaan perpajakan menembus angka Rp 2.000 triliun," ucap Sri Mulyani.

Advertising
Advertising

Dia berpendapat, penerimaan perpajakan ini akan melejit didukung oleh pemulihan ekonomi dan efektifitas impelementasi kebijakan yang telah diatur dalam Undang-undang tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP), serta penguatan pengawasan dan kepatuhan hingga reformasi administrasi perpajakan.

<!--more-->

Dari total penerimaan perpajakan yang bakal tumbuh 4,8 persen dari outlook tahun itu, Sri Mulyani merincikan penerimaan pajak akan tumbuh menjadi sebesar Rp 1.715,1 triliun. Adapun penerimaan pajak tahun ini diperkirakan mencapai Rp 1.608,1 triliun.

Sementara itu, untuk penerimaan kepabenan dan cukai kata dia diperkirakan malah akan turun sekitar 4,7 persen dari outlook tahun ini sebesar Rp 316,8 triliun menjadi Rp 301,8 triliun. Hal tersebut lebih disebabkan oleh anjloknya harga-harga komoditas.

"Lagi-lagi karena aspek komoditas, tahun ini komoditas memberikan sumbangan, Rp 48,9 triliun nah tahun depan komoditas diperkirakan hanya memberikan sumbangan ke bea cukai hanya Rp 9 triliun," ucap Sri Mulyani.

Selain penerimaan bea dan cukai yang akan turun, Sri Mulyani mengatakan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga akan turun, dari outlook 2022 sebesar Rp 510,9 triliun menjadi hanya sebesar Rp 426,3 triliun pada 2023. Ia mengatakan hal tersebut akibat dampak harga-harga komoditas yang melandai.

Baca: Alokasi Subsidi Energi pada 2023 Turun jadi Rp 210,7 Triliun, Harga BBM Akan Naik?

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

4 jam lalu

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

Viral seorang pria yang merobek tas Hermes mewah miliknya di depan petugas Bea Cukai. Bagaimana duduk persoalan sebenarnya?

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

1 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Apa Syarat Menjadi Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai?

1 hari lalu

Apa Syarat Menjadi Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai?

Salah satu syarat calon pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah harus lulus seleksi sebagai calon mahasiswa kampus PKN STAN.

Baca Selengkapnya

Akhir-akhir Ini Jadi Sorotan, Apa Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai?

1 hari lalu

Akhir-akhir Ini Jadi Sorotan, Apa Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai?

Banyak masyarakat yang mempertanyaan fungsi dan tugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai lantaran beberapa kasus belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

1 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Turunnya Penerimaan Pajak Berdampak pada Defisit APBN

1 hari lalu

Turunnya Penerimaan Pajak Berdampak pada Defisit APBN

Jika penerimaan pajak terus anjlok di tengah melesatnya belanja negara, defisit APBN bisa membengkak.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

1 hari lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

1 hari lalu

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sedang menjadi sorotan publik karena sejumlah kasus dan disebut tukang palak. Berapa pendapatan pegawai Bea Cukai?

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

2 hari lalu

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

Ikappi merespons ramainya isu Kementerian Koperasi dan UKM membatasi jam operasional warung kelontong atau warung madura.

Baca Selengkapnya

Bea Masuk Barang Impor Disoal, YLKI juga Mendapat Aduan

2 hari lalu

Bea Masuk Barang Impor Disoal, YLKI juga Mendapat Aduan

Bea Cukai sedang disorot karena kasus bea masuk impor yang mahal. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengungkapkan ada sejumlah aduan serupa.

Baca Selengkapnya