Sri Mulyani: Penerimaan Perpajakan Pertama Kalinya Tembus Rp 2.000 Triliun pada 2023
Reporter
Arrijal Rachman
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 16 Agustus 2022 18:47 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menargetkan penerimaan negara akan naik pada tahun 2023. Meski demikian, ada risiko dari harga-harga komoditas--yang selama ini turut menopang penerimaan negara--yang diprediksi akan melandai pada tahun depan.
Dia berujar, berdasarkan RAPBN 2023 yang telah diumumkan Presiden Joko Widodo sebelumnya di Gedung DPR/MPR, terlihat bahwa pendapatan negara ditargetkan mencapai Rp 2.443,6 triliun. Angka ini naik dari outlook 2022 sebesar Rp 2.436,9 triliun.
"Pendapatan negara akan meningkat dibanding tahun ini," kata Sri Mulyani saat konferensi pers Nota Keuangan dan RUU APBN 2023 di kantor Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, hari ini, Selasa, 16 Agustus 2022.
Penerimaan negara itu terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp 2.016,9 triliun atau naik dari outlook tahun ini sebesar Rp 1.924,9 triliun. Penerimaan perpajakan tersebut pertama kalinya tembus Rp 2.000 triliun pada tahun depan.
"Ini pertama kali dalam sejarah Indonesia penerimaan perpajakan menembus angka Rp 2.000 triliun," ucap Sri Mulyani.
Dia berpendapat, penerimaan perpajakan ini akan melejit didukung oleh pemulihan ekonomi dan efektifitas impelementasi kebijakan yang telah diatur dalam Undang-undang tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP), serta penguatan pengawasan dan kepatuhan hingga reformasi administrasi perpajakan.
<!--more-->
Dari total penerimaan perpajakan yang bakal tumbuh 4,8 persen dari outlook tahun itu, Sri Mulyani merincikan penerimaan pajak akan tumbuh menjadi sebesar Rp 1.715,1 triliun. Adapun penerimaan pajak tahun ini diperkirakan mencapai Rp 1.608,1 triliun.
Sementara itu, untuk penerimaan kepabenan dan cukai kata dia diperkirakan malah akan turun sekitar 4,7 persen dari outlook tahun ini sebesar Rp 316,8 triliun menjadi Rp 301,8 triliun. Hal tersebut lebih disebabkan oleh anjloknya harga-harga komoditas.
"Lagi-lagi karena aspek komoditas, tahun ini komoditas memberikan sumbangan, Rp 48,9 triliun nah tahun depan komoditas diperkirakan hanya memberikan sumbangan ke bea cukai hanya Rp 9 triliun," ucap Sri Mulyani.
Selain penerimaan bea dan cukai yang akan turun, Sri Mulyani mengatakan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga akan turun, dari outlook 2022 sebesar Rp 510,9 triliun menjadi hanya sebesar Rp 426,3 triliun pada 2023. Ia mengatakan hal tersebut akibat dampak harga-harga komoditas yang melandai.
Baca: Alokasi Subsidi Energi pada 2023 Turun jadi Rp 210,7 Triliun, Harga BBM Akan Naik?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini