Keluhan Warga Soal Harga Telur Naik Rp 30 Ribu di Pasar: Kulkas Tak Terisi
Reporter
Tempo.co
Editor
Francisca Christy Rosana
Sabtu, 4 Juni 2022 08:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Suasana Pasar Kramat Jati pada Jumat, 3 Juni 2022, lebih lengang dari biasanya. Di sepanjang lorong di pasar yang berlokasi di Jakarta Timur itu, tak banyak penjual bahan pokok membuka kiosnya.
Rudianto adalah satu di antara segelintir pedagang yang lampu di lapaknya menyala. Sambil duduk-duduk, ia menanti pembeli. “Pembeli sepi, daya beli turun,” katanya.
Kondisi pasar tak lagi sama seperti saat Ramadan dan Lebaran 1443 Hijriah lalu. Kala itu pembeli hilir-mudik mengunjungi lapak milik Rudianto. Turunnya jumlah pembeli di pasar, kata Rudianto, terjadi setelah harga bahan pokok melambung.
Belakangan, telur ayam mengalami kenaikan tinggi hingga Rp 30 ribu per kilogram. Setelah harga komoditas pangan ini naik, praktis penjualannya menyusut.
Menyusuri satu demi satu lorong di Pasar Kramat Jati, Yuyang--ibu rumah tangga asal Jakarta—masyugul. Dia kecele setelah mendengar harga telur di pasar melejit. Rencananya ia ingin berbelanja telur untuk stok kebutuhan sehari-hari.
“Sudah lama kulkas saya tidak diisi telur, harga naik semua. Ini cukup membebani,” katanya.
Tiga kilometer jauhnya dari Pasar Kramat Jati, harga telur di warung milik Daswanto tak berbeda kondisinya. Harga telur yang dijual di warung sederhana itu pun merangkak naik.
“Dari agen sudah tembus Rp 31 ribu per kilogram,” katanya. Padahal sebelumnya, harga telur dipatok Rp 28 ribu per kilogram.
<!--more-->
Presiden Peternak Layer Indonesia Ki Musbar Mesdi membeberkan penyebab harga telur ayam ras naik menjadi Rp 30 ribu per kilogram. Dia mengatakan kenaikan terjadi karena harga pakan melambung.
Di saat yang sama, kondisi geopolitik dunia dan pandemi Covid-19 telah menekan harga komoditas pangan secara global. "Ada peningkatan harga pakan ayam yang berkontribusi 70 persen dari harga produksi telur itu meningkat,” ujar Musbar saat dihubungi pada Jumat, 2 Februari 2022.
Kenaikan harga pakan ayam, kata Musbar, menyentuh 27 persen. Sedangkan untuk harga jagung, ia menyebut komoditas ini melonjak 30 persen.
Melambungnya harga jagung tak terlepas dari peningkatan harga pupuk yang menyentuh 20 persen. Dengan kondisi tersebut, Musbar mengatakan sudah saatnya pemerintah merevisi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7 Tahun 2020.
Beleid itu mengatur harga acuan pembelian di tingkat petani dan harga acuan penjualan di tingkat konsumen. Mengacu pada Permendag tersebut, kata Musbar, harga acuan di tingkat peternak masih ditentukan sebesar Rp 19-21 ribu itu 2020.
Harga acuan ini tidak mencerminkan situasi riil di pasar. Padahal semestinya, jika harga pakan naik, harga acuan ikut disesuaikan.
Di sisi lain pada saat Permendag terbit pada 2020, harga pangan masih di kisaran Rp 5.000 sampai Rp 5.500 dan harga jagung Rp 4.500 per kilogram. Sementara itu saat ini, harga pangan sudah mengalami kenaikan mencapai Rp 6.800 sampai Rp 7.200 per kilogram.
Musbar melanjutkan, jika disesuaikan dengan harga pakan, harga acuan telur di tingkat petani normalnya berkisar Rp 23 sampai 25 ribu per kilogram. Harga itu belum termasuk biaya pengiriman atau distribusi.
"Marjin pengangkutan itu bisa Rp 4.000 (per kilogram). Makanya harga telur bisa mencapai Rp 28-30 ribu. Ini sudah seharusnya pemerintah mendengarkan suara pedagang,” tuturnya.
JORDAN KEFAS JEFFERSON | HAMDAN C. ISMAIL
Baca juga: Inflasi Mei 2022 0,4 Persen, Didorong Harga Telur, Bawang hingga Tarif Pesawat
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.