Bos Lippo: ASEAN Akan Jadi Kekuatan Ekonomi dan Teknologi Dunia
Reporter
Riani Sanusi Putri
Editor
Francisca Christy Rosana
Minggu, 29 Mei 2022 21:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady John mengatakan ASEAN memegang kendali pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) ketiga di dunia setelah Cina dan India. Menurut dia, pertumbuhan PDB yang signifikan di kawasan ASEAN akan terjadi secara berkesinambungan didukung oleh pesatnya penetrasi teknologi.
“Tidak berlebihan jika menilai bahwa ASEAN bakal menjadi kekuatan ekonomi dan teknologi berikutnya di dunia,” kata John dalam acara World Economic Forum Annual Meeting (WEFAM) 2022, Ahad, 29 Mei 2022.
ASEAN, tutur John, memiliki potensi pasar yang sangat besar dan sumber daya yang cukup. Pada 2030, populasi usia kerja di negara-negara ASEAN akan meningkat sebesar 40 juta. Sementara itu pada saat yang sama, populasi Cina justru akan berkurang 30 juta. Perbedaan ini akan terus terjadi secara mendalam selama 30 tahun mendatang.
Dari kondisi ini, dia menuturkan Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN perlu melihat perkembangan digitalisasi di tingkat regional untuk mengambil kesempatan. Apalagi, kawasan Asia Tenggara diprediksi dapat menembus sebagai perekonomian keempat terbesar dunia pada 2030.
Menurut John, teknologi digital telah memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi. Saat ini terjadi peningkatan pengguna Internet lebih dari 10 persen dalam setahun.
Ia berujar seluruh perkembangan yang terjadi di kawasan ASEAN melibatkan kemajuan digitalisasi perekonomian. ASEAN pun telah menjadi rumah bagi 400 juta pengguna Internet dengan ekonomi digital yang bernilai lebih dari US$100 miliar.
<!--more-->
Di saat yang sama, Indonesia memainkan peran strategis dalam pertumbuhan ekonomi digital. Ia merujuk pada riset Google dan Bain yang mencatat pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia mengalami lonjakan tajam sejak 2019.
Disebutkan dalam riset itu, pada 2030, ekonomi digital di Indonesia akan mencapai US$ 330 miliar. Artinya, terjadi peningkatan lima kali lipat dari 2021 yang sebesar US$ 70 miliar.
John berujar prediksi itu tidak mengejutkan. Diukur dari sudut valuasi perusahaan teknologi digital saja, terjadi peningkatan seribu kali lipat dalam delapan tahun terakhir. “Pada 2014, value dari seluruh perusahaan teknologi di Indonesia hanya berkisar Rp 1 triliun. Saat ini dengan semakin majunya perusahaan tersebut, nilainya bisa mencapai Rp 1.000 triliun,” tutur John.
Ia berpendapat, salah satu faktor terbesar yang membuat penetrasi teknologi semakin massif ialah perubahan perilaku konsumen dan pola hidup masyarakat. Meski demikian, menurut dia, perkembangan saat ini masih merupakan titik awal. Jika Indonesia dibandingkan negara-negara lainnya, misalnya Cina atau Amerika, porsi teknologi market value masih sangat kecil.
“Contohnya yang tercatat di Indonesia mungkin teknologi total 3 persen, barangkali sekarang 4 sampai 5 persen. Di China, MSCI Index teknologi itu ada 26 persen,” kata John.
Baca juga: Pedagang Cerita Harga Minyak Goreng Turun tapi Masih di Atas Rp 20 Ribu