Menjelang Ramadan, Penumpang Kereta Api Naik Hampir 100 Ribu Orang per Hari
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 28 Maret 2022 15:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah penumpang kereta api jarak jauh meningkat menjelang bulan Ramadan. PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI mencatat rata-rata jumlah penumpang kereta naik 22,2 persen per hari atau 96.550 orang.
"Ini tercatat pada periode akhir pekan kemarin, yakni 25-27 Maret 2022, dibanding pekan sebelumnya yakni 18-20 Maret 2022 sebanyak 78.965 pelanggan per hari," ujar Vice President Public Relations PT KAI Joni Martinus saat dihubungi pada Senin, 28 Maret 2022.
Kendati terjadi kenaikan jumlah penumpang, Joni mengatakan total armada yang dioperasikan KAI belum pulih seperti sebelum pandemi Covid-19. Selama periode sebelum pandemi, ia mengatakan setiap hari KAI mengoperasikan rata-rata 254 kereta api jarak jauh.
Sementara itu pada Maret 2022, KAI baru mengoperasikan 160 kereta atau 63 persen. Joni memprediksi jumlah penumpang kereta akan terus meningkat menjelang Lebaran.
Adapun Kementerian Perhubungan tengah menyiapkan aturan untuk mengatur operasional operator dan mobilisasi penumpang selama mudik Lebaran. Kementerian mengimbau masyarakat yang akan mudik dan berlibur selama periode libur Idul Fitri menggunakan angkutan resmi.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi menyatakan saat ini mulai banyak pihak yang menawarkan angkutan gelap dengan travel untuk mudik. "Ini tidak dapat memberikan kepastian keselamatan bagi penumpang,” kata Budi.
<!--more-->
Selain kereta, alternatif armada resmi untuk pulang kampung adalah bus. Kementerian mencatat saat ini ada 57.693 unit bus antar-kota antar-provinsi dan bus pariwisata di seluruh Indonesia yang telah terdaftar di regulator. Sebanyak 5.000 unit bus akan menjalani rampcheck bus di Terminal Tipe A dan pool bus pariwisata.
Kemenhub menargetkan sebanyak 5.000 unit bus akan dilakukan rampcheck bus di Terminal Tipe A dan pool bus pariwisata.
Lebih jauh Budi menjelaskan perbedaan yang sangat kentara antara bus resmi dengan yang tak terdaftar atau travel gelap. Tahun lalu, kata dia, banyak penyelenggara transportasi yang tidak bertanggung jawab, misalnya kondisi bus tidak prima, cukup berbahaya jika dipakai perjalanan jauh.
Selain itu, yang perlu diperhatikan penumpang pengguna travel gelap, adalah risiko tidak ditanggung oleh asuransi Jasa Raharja. "Seringkali bus tidak resmi juga harganya lebih mahal dari yang resmi, kendaraan tidak diuji Kir, serta kompetensi pengemudi tidak terjamin,” kata Budi.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | ANTARA
Baca: BCA Ganti 100 Persen Kehilangan Duit Nasabah
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.