Harga Minyak Melejit ke USD 95 per Barel di Tengah Ketegangan Rusia - Ukraina
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 14 Februari 2022 10:21 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah terus meroket ke level US$ 95 per barel pada perdagangan hari ini, Senin, 14 Februari 2022.
Data Bloomberg memperlihatkan harga minyak West Texas Intermediate menguat 1,35 poin atau 1,45 persen ke US$ 94,45 per barel. Sedangkan harga minyak jenis Brent naik 1,18 poin atau 1,25 persen ke level US$ 95,62 per barel.
Tim Riset Monex Investindo Futures (MIFX) menyatakan kenaikan harga minyak dunia itu di antaranya mencerminkan kekhawatiran terhambatnya pengiriman minyak mentah di tengah ketegangan militer Rusia - Ukraina.
Tak hanya itu, pernyataan pejabat Gedung Putih bahwa aksi militer Rusia terhadap Ukraina akan dapat terjadi dalam waktu dekat telah memicu kenaikan harga minyak di akhir Jumat lalu. "Dan berlanjut hingga saat ini,” tulis tim riset MIFX, Senin, 14 Februari 2022.
Lebih jauh, MIFX memprediksi harga minyak bakal menguji resistance di US$ 95,5 per barel, bila naik ke atas level US$ 95. Tapi, jika turun hingga ke bawah level US$ 93,5, harga minyak berpeluang dijual menguji level support di US$ 93.
Seperti diketahui, ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali memanas setelah Rusia mengumpulkan sekitar 110.000 tentara di perbatasan Ukraina. Para pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) pun yakin Rusia berencana melakukan invasi skala besar dalam waktu dekat.
Walaupun pernyataan itu sudah dibantah, kekhawatiran tetap tidak surut. Pasalnya, Ukraina membenarkan bahwa ada kemungkinan Putin dan komandonya memang akan melakukan serangan besar-besaran.
<!--more-->
Bila invasi dilakukan oleh Rusia, AS memperkirakan pusat pemerintahan Rusia bisa tumbang hanya dalam kurun 48 jam. Oleh karena itu beberapa negara seperti Jerman, Perancis, termasuk AS tengah melakukan berbagai usaha untuk menghindari bencana tersebut.
Ahli strategi pasar sebelumnya memperkirakan harga minyak dunia yang telah reli sekitar 20 persen sepanjang tahun ini bakal melampaui level US$ 100 per barel. Sebab, permintaan global akan produk tersebut sangat kuat.
Dengan prediksi bullish itu, para pengelola uang menaikkan posisi beli bersih minyak mentah berjangka AS dan posisi opsi dalam seminggu hingga 1 Februari sebesar 6.616 kontrak menjadi 304.013 kontrak. Hal tersebut disampaikan oleh Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC).
Citi Research memperkirakan pasar minyak akan berubah menjadi surplus segera setelah kuartal berikutnya, mengerem reli.
"Lonjakan menuju harga minyak mentah US$ 100 tidak boleh dikesampingkan dalam jangka pendek, tetapi risiko penurunan berlimpah, termasuk kemunduran Omicron pada permintaan, kekhawatiran pertumbuhan ekonomi dan koreksi pasar keuangan karena bank sentral memerangi inflasi," kata Bjørnar Tonhaugen, kepala pasar minyak Rystad Energy.
BISNIS | ANTARA
Baca: Jika Pemerintah Tak Segera Revisi JHT, KSPI: Buruh Akan Demo Besar-besaran
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu