Sri Mulyani: Krisis Pandemi, yang Kena Hit Langsung adalah Keuangan Negara
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Minggu, 24 Oktober 2021 12:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan krisis karena Covid-19 memiliki dampak langsung terhadap keuangan negara. Musababnya krisis tersebut menyebabkan kegiatan masyarakat lumpuh dan aktivitas perekonomian berhenti sehingga negara harus memberikan jaminan bantuan sosial.
“Krisis pandemi ini krisis ketiga, yang kena hit langsung adalah keuangan negara. Karena krisis ini mengancam jiwa, menyebabkan kita harus mengambil langkah mengamankan dan menyelamatkan jiwa orang dan implikasinya banyak,” ujar Sri Mulyani dalam diskusi launching buku Kontan yang digelar secara virtual, Ahad, 24 Oktober 2021.
Sri Mulyani bercerita, penyebab krisis pandemi Covid-19 berbeda dengan krisis-krisis sebelumnya. Pada 1998, krisis terjadi karena balance of payment (BOP). Kemudian pada 2008, krisis terjadi akibat sektor keuangan global.
Namun ketiga krisis itu memiliki dampak dan karakteristik yang sama, yaitu sama-sama menekan keuangan negara. Serupa dengan krisis-krisis sebelumnya, pada masa pandemi Covid-19, Sri Mulyani mengatakan negara hadir membantu neraca keuangan yang berjatuhan, baik dari sisi rumah tangga, perusahaan, maupun perbankan.
Melalui regulasi yang dirancang saat krisis, celah defisit dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) diperlebar untuk dana pemulihan ekonomi nasional. Dana pemulihan ini salah satunya digunakan untuk menaikkan anggaran bantuan sosial (bansos) hingga belanja kebutuhan kesehatan.
<!--more-->
Penambahan belanja dalam APBN juga dialokasikan untuk pemberian bantuan kepada pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) yang bisnisnya jatuh akibat lumpuhnya kegiatan masyarakat. “UMKM yang jatuh, dibantu melalui restrukturisasi kredit, melalui bantuan pemerintah untuk usaha kecil, dan jaminan semua diberikan,” ujar Sri Mulyani.
Kemudian, Sri Mulyani melanjutkan, keuangan negara menopang korporasi-korporasi yang memiliki tanggungan besar. Korporasi diberikan bantuan insentif usaha berupa relaksasi pajak yang membuat penerimaan negara berkurang.
Meski demikian, ia melihat pada krisis pandemi kali ini, kondisi fiskal dan moneter negara lebih kuat ketimbang krisis sebelumnya. Perbankan, misalnya, sudah memiliki cadangan modal yang cukup tinggi sehingga tidak kolaps.
Regulator, seperti Otoritas Jasa Keuangan, pun melakukan kebijakan tanggap darurat untuk membuka ruang restrukturisasi guna mencegah meningkatnya kredit macet. Hal serupa terjadi di hampir seluruh negara yang terdampak pandemi sehingga akibat yang ditimbulkan tak seperti krisis-krisis sebelumnya.
“Karena kita belajar dari kedua krisis, jadi bank current-nya tinggi, prudential regulacy-nya cukup sangat prudent," kata Sri Mulyani. Sehingga, walau terjadi krisis ketiga, bank seluruh dunia relatif lebih siap.
Baca: Sri Mulyani: Sekarang Semua Orang Ngurusin Utang Negara, It Is Good
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.