Kinerja IHSG Moncer Disebut Terimbas Krisis Energi di Cina dan Eropa
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Sabtu, 16 Oktober 2021 20:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan salah satu sentimen yang mendorong moncernya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG belakangan ini adalah melonjaknya harga komoditas.
"Investor optimis booming harga komoditas akan mendorong pendapatan emiten," ujar Bhima kepada Tempo, Sabtu, 16 Oktober 2021.
Indikasinya, kata dia, adalah dana asing yang masuk ke bursa saham trennya positif dalam bentuk beli bersih asing sebesar Rp 6,25 triliun sepanjang satu bulan terakhir.
IHSG juga naik 8,15 persen di periode tersebut dipengaruhi sentimen penurunan kasus Covid-19, sehingga bergerak di level 6.633.
"Investor asing memang mencermati adanya penyesuaian kebijakan moneter di AS (tapering off), tapi yang lebih penting saat ini adalah booming beberapa komoditas," ujar Bhima.
Harga batu bara yang melesat serta harga minyak kelapa sawit akibat krisis energi di Cina, Eropa dan India mempengaruhi ekspektasi jangka menengah saham-saham berbasis komoditas.
Di sisi lain, cadangan devisa Indonesia pun tercatat makin gemuk yakni US$ 146,9 miliar per September 2021, menjadi penguat sentimen positif di pasar keuangan.
<!--more-->
Bursa Efek Indonesia atau BEI mencatat Indeks Harga Saham Gabungan alias IHSG ditutup di level 6.633,338 pada perdagangan Jumat, 15 Oktober 2021.
"Ini ditutup pada zona hijau dan berhasil menyentuh level psikologis 6.600," ujar Sekretaris Perusahaan BEI Yulianto Aji Sadono dalam keterangan tertulis, Jumat, 15 Oktober 2021. Secara keseluruhan selama sepekan ini, IHSG naik 2,34 persen dari posisi 6.481,769 pada pekan sebelumnya.
Nilai kapitalisasi bursa pun, menurut Yulianto, turut meningkat seiring dengan IHSG, yaitu sebesar 2,34 persen. Capaian pada nilai kapitalisasi juga sekaligus mencatatkan pencapaian baru yaitu menembus angka Rp 8.000 triliun, atau tepatnya sebesar Rp 8.134,679 triliun dari angka Rp 7.948,394 triliun pada pekan lalu.
Namun demikian, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) turun 2,75 persen menjadi Rp 17,452 triliun, dari Rp 17,946 triliun pada pekan sebelumnya. Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa turut turun 9,93 persen menjadi 1.444.963 transaksi dari 1.604.269 transaksi pada pekan yang lalu.
Rata-rata volume transaksi harian bursa juga terkontraksi sebesar 15,5 persen menjadi 23,384 miliar saham dari 27,673 miliar saham pada pekan sebelumnya.
BEI juga mencatat investor asing pada akhir perdagangan kemarin mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp 1,502 triliun. Adapun sepanjang tahun 2021 ini, investor asing telah melakukan beli bersih sebesar Rp 33,147 triliun.
Baca: Kisah Wanda Hamidah, dari Keluhkan Layanan Asuransi hingga Dibebaskan Biaya Operasi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.