Menelisik Lebih Jauh Penyebab Kinerja Investasi RI Kalah dari Vietnam

Sabtu, 9 Oktober 2021 14:29 WIB

Petugas beraktivitas saat bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis 14 November 2019. Ada juga sejumlah program yang disiapkan untuk mencapai tujuan pemerataan pembangunan ke daerah. Antara lain ada Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Insentif Daerah (DID), Dana Infrastruktur, dan Dana Desa. ANTARA FOTO/Galih Pradipta

TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Program Indef Esther Sri Astuti mengatakan Indonesia tidak dapat meraih peluang realokasi industri dari perang dagang Cina dan Amerika Serikat seperti layaknya negara-negara lain di ASEAN, khususnya Vietnam. Kondisi ini menyebabkan kinerja investasi Indonesia tidak maksimal.

“Berkaca dari Vietnam, Vietnam adalah the winner, pemenang dalam perang dagang Amerika Serikat dan Cina. Indonesia tidak satu pun pabrik atau perusahaan yang masuk ke Indonesia dari Cina atau Amerika. Ini kita harus melihat apa yang salah dari sini,” ujar Esther dalam acara webinar mengenang 100 hari Enny Sri Hartati, Sabtu, 9 Oktober 2021.

Esther menyatakan Indonesia sebetulnya memiliki potensi sumber daya alam yang lebih besar dan memiliki kesempatan menarik investor. Namun Indonesia tidak mengoptimalkan industri hilirisasinya dan masih mengekspor produk-produk bahan mentah.

Ekspor produk bahan mentah menyebabkan nilai ekspor yang diperoleh rendah. Padahal untuk mendapatkan benefit dari pengapalan komoditas, Indonesia perlu menambahkan edit value sehingga kontribusi ke ekspor lebih signifikan.

Sedangkan di Vietnam, kata Esther, industri setempat sudah mengolah produk ekspor menjadi barang olahan atau barang jadi. Perbedaan inilah yang menyebabkan perekonomian Vietnam lebih maju, padahal struktur ekonominya sama dengan Indonesia.

Advertising
Advertising

“Bedanya, di Vietnam ekspornya sudah diolah. Komoditas yang dikirim tidak mentah, tapi sudah olahannya,” ujar Esther.

Esther berujar, butuh sumber daya manusia yang andal untuk mendorong hilirisasi yang dapat menarik investasi. Namun persoalannya, produktivitas tenaga kerja di Indonesia cenderung stagnan, bahkan menurun.

<!--more-->

Masalah lainnya, Indonesia belum terlalu mengadopsi teknologi untuk mendorong industri hilirisasinya. Esther menyatakan, data menunjukkan bahwa mayoritas industri di Indonesia atau 64 persen hanya mengadposi teknologi dasar.

Sedangkan industri yang sudah mengadposi teknologi skala advance hanya 6 persen. Sedangkan sisanya sekitar 30 persen mengadopsi teknologi sedang atau intermediate.

Tak hanya persoalan adopsi teknologi, riset dan pengembangan (R&D) di Indonesia ketimbang negara lain di ASEAN masih sangat rendah. Saat ini R&D Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) baru mencapai 0,08 persen, sedangkan rata-rata negara ASEAN lain sudah 0,7 persen.

Mendiang Enny Sri Hartati, dalam tulisannya yang dibacakan ekonom CORE Indonesia, Ina Primiana, menyatakan perlu berbagai cara untuk mengikis kendala investasi di Indonesia. Enny dalam bukunya berjudul “Merajut Asa Ekonomi Berkeadilan” menyatakan Indonesia nihil memperoleh realokasi investasi dari Amerika dan Cina pada saat Thailand menerima 10 realokasi dan Vietnam memperoleh 23 realokasi.

Enny berpandangan perlu ada terobosan karena upaya pemerintah mendongkrak investasi belum berjalan maksimal kendati sudah ada Omnibus Law. Omnibus Law sebelumnya digadang-gadang bisa mengurangi hambatan-hambatan investasi.

Dalam tulisannya, Enny menceritakan adanya ketidaktahuan Pemerintah Indonesia terhadap global value chain. Indonesia memiliki banyak problem kepentingan dan persoalan struktural.

Negara lain, kata Ina mengulas tulisan Enny, bisa mengambil peluang investasi. "Tapi Indonesia masih dihadapkan dengan permasalahan struktural dan tarik-menarik kepentingan."

Baca: Kenang Mendiang Ekonom Indef Enny, Bahlil Cerita Sering Didebat tapi Tidak Digas

Berita terkait

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

46 menit lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

8 jam lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

8 jam lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

CEO Microsoft Ketemu Jokowi Bahas Investasi Rp 14 Triliun, Ini Profil Satya Nadella

9 jam lalu

CEO Microsoft Ketemu Jokowi Bahas Investasi Rp 14 Triliun, Ini Profil Satya Nadella

CEO sekaligus Chairman Microsoft Satya Nadella bertemu Jokowi, kemarin. Berikut profilnya.

Baca Selengkapnya

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

11 jam lalu

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mengatakan kinerja ekspor sawit mengalami penurunan. Ini penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Timothy Ronald, Pemegang Saham Termuda Holywings Group

1 hari lalu

Timothy Ronald, Pemegang Saham Termuda Holywings Group

Bisnis dari Holywings Group tidak hanya mencakup beach club terbesar di dunia (Atlas) dan di Asia (H Club), tapi juga klub dan bar

Baca Selengkapnya

Bos Microsoft Ungkap Rencana Investasi AI dan Cloud Senilai Rp 27,6 Triliun di Indonesia, Ini Rinciannya

1 hari lalu

Bos Microsoft Ungkap Rencana Investasi AI dan Cloud Senilai Rp 27,6 Triliun di Indonesia, Ini Rinciannya

CEO Microsoft, Satya Nadella, membeberkan rencana investasi perusahaannya di Indonesia. Tak hanya untuk pengembangan infrastruktur AI dan cloud.

Baca Selengkapnya

Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

1 hari lalu

Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara perkembangan ekonomi terkini, perkembangan politik domestik dan keberlanjutan kebijakan pasca Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi dan Bos Microsoft Bahas Investasi Besar di Bidang Kecerdasan Buatan

1 hari lalu

Jokowi dan Bos Microsoft Bahas Investasi Besar di Bidang Kecerdasan Buatan

Budi Arie yang mendampingi Jokowi saat bertemu Nadella mengatakan Microsoft akan berinvestasi secara signifikan dalam empat tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

2 hari lalu

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengakui kontribusi Presiden Jokowi, baik bagi Indonesia maupun kawasan.

Baca Selengkapnya