Bos Kadin: Penopang Ekonomi Saat Ini Komoditas, Harus Kita Dorong
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 7 Oktober 2021 05:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan komoditas menjadi tulang punggung perekonomian Tanah Air saat ini. Mengingat, harga komoditas, khususnya batu bara, belakangan ini melejit.
"Sekarang kita sadar penopang ekonomi saat ini adalah komoditas. Ini penting sekali. Harus kita dorong," ujar Arsjad dalam webinar, Rabu, 6 Oktober 2021.
Namun demikian, ia menyadari bahwa ke depan dunia usaha mesti memikirkan isu keberlanjutan. Apalagi, Indonesia berkomitmen memenuhi target emisi nol pada 2059, seperti dibicarakan dalam cop26.
Hal tersebut, kata dia, tentu akan berdampak kepada industri batu bara ke depannya. Terutama dengan adanya Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 yang ditetapkan mengarah ke energi terbarukan.
"Kita harus pikirkan industri ke depannya akan seperti apa, bicara keberlanjutan bukan berarti bahwa besok sudah tidak ada batu bara. Itu kekayaan kita dan ketahanan energi Indonesia. Harus kita pikirkan bersama," kata Arsjad.
<!--more-->
Sebelumnya, harga batu bara acuan (HBA) Oktober 2021 menembus angka US$ 161,63 per ton akibat dipengaruhi permintaan yang terus meningkat di Cina.
"Kebutuhan batu bara meningkat untuk keperluan pembangkit listrik yang melampaui kapasitas pasokan batu bara domestik, juga meningkatnya permintaan batu bara dari Korea Selatan dan kawasan Eropa seiring dengan tingginya harga gas alam," kata Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, 5 Oktober 2021.
Agung menyebut peningkatan permintaan menjadi faktor kenaikan harga batu bara dunia ikut terimbas naik bulan Oktober ini. Akibatnya harga batu bara juga terimbas dari yang sebelumnya juga telah mencatatkan angka tertinggi dalam dekade terakhir sebesar US$ 150,03 per ton.
"Harga batu bara acuan naik lagi, naik US$ 11,6 per ton bulan ini dibandingkan sebelumnya," ujar Agung merespons melejitnya harga komoditas tersebut.
CAESAR AKBAR | ANTARA
Baca: Ditanya Soal Dugaan Korupsi LNG Pertamina, Begini Kata Ahok