Per Agustus 2021, Sri Mulyani Sebut Defisit Anggaran Capai Rp 383,2 Triliun
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 23 September 2021 14:54 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2021 mencapai Rp 383,2 triliun per Agustus 2021. Angka tersebut susut sebesar 23,9 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
"Kita tetap defisit, tapi defisitnya menjadi kecil," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers, Kamis, 23 September 2021. Berdasarkan Undang-undang APBN 2021, defisit anggaran tahun ini direncanakan sebesar 5,7 persen dari Produk Domestik Bruto.
Sri Mulyani mengatakan penurunan defisit anggaran dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu disebabkan oleh adanya konsolidasi fiskal yang mulai menguat dan mengalai penurunan.
“Fiskalnya mulai diperkuat dan ekonominya tumbuh semakin positif. Ini yang disebut countercyclical-nya tetap jalan tapi terjadi. rebound, recovery dan konsolidasi pelan-pelan,” ujar Sri Mulyani.
Per Agustus 2021, tercatat pendapatan negara sebesar Rp 1.177,6 triliun. Pendapatan negara itu tumbuh 13,9 persen dibanding tahun lalu. Sementara itu belanja negara Rp 1.560,8 triliun, tumbuh 9,3 persen dari tahun lalu.
Pertumbuhan belanja negara itu tercatat lebih rendah dari periode Juli. Pasalnya, belanja perlindungan sosial kala itu disalurkan cukup masif di bulan Juli 2021 untuk mendukung Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.
<!--more-->
Di sisi lain, Sri Mulyani mengatakan pembiayaan anggaran dari utang pada Agustus 2021 mencapai Rp 550,6 triliun. Capaian itu adalah 56,8 persen dari target pembiayaan utang di Undang-undang APBN yang mencapai Rp 1.177,4 triliun.
"Jadi jauh lebih kecil dari yang ditargetkan. Pembiayaan utang kita juga pertumbuhannya negatif, yaitu minus 20,5 persen," kata Sri Mulyani.
Apabila dilihat lagi, penerbitan Surat Berharga Negara alias SBN Neto hingga Agustus tahun ini mencapai Rp 567,4 triliun atau 47 persen dari target sebesar Rp 1.207,3 triliun.
Sri Mulyani mengatakan rendahnya penerbitan SBN neto dibandingkan targetnya terjadi lantaran adanya penyesuaian target. Pasalnya, dalam membiayai anggaran, pemerintah menggunakan sisa anggaran lebih tahun lalu.
"Yang dikatakan DPR dan pengamat bahwa kita punya SAL, ini digunakan pada saat seperti sekarang," kata Sri Mulyani.
Di samping penggunaan SAL, Sri Mulyani mengatakan menyesuaikan target penerbitan SBN juga dilakukan karena adanya penyesuaian investasi, adanya kesepakatan pemerintah dan Bank Indonesia dalam SKB III, serta proyeksi penyesuaian defisit APBN.
Baca: Cucu Usaha Garuda Indonesia Digugat Rp 11,16 Miliar di PN Jakarta Pusat