Kembangkan Data Center, Grup Salim Dikabarkan Jajaki Pinjaman Bank Rp 7,1 T
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 16 September 2021 15:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Grup Salim dikabarkan sedang menjajaki pinjaman bank senilai US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,1 triliun (asumsi kurs Rp 14.253 per dolar AS) untuk mendanai ekspansi infrastruktur digital termasuk data center.
Seorang sumber yang mengetahui hal tersebut menyebutkan data center Grup Salim bakal mengelola data milik pelanggan, termasuk para penambang cryptocurrency. “Grup Salim sedang mencari pembiayaan untuk membangun dan mengoperasikan pusat data di kawasan industrinya,” kata sumber seperti dikutip dari bisnis.com, Kamis, 16 September 2021.
Sebelumnya, perusahaan yang dikendalikan oleh Anthoni Salim ini berencana menanamkan investasi senilai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun per kawasan industri.
PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) tengah membangun proyek H2 yakni pusat data hyperscale di kawasan industri milik Grup Salim. Perseroan fokus pada persiapan untuk pengoperasian H2, dan perusahaan dapat berkolaborasi lebih lanjut dengan Grup Salim untuk membangun dan mengoperasikan lebih banyak data center di kawasan industri yang dimilikinya.
Saat ini bisnis Grup Salim menggurita makin luas dan beragam. Mulai dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) hingga First Pacific Co. yang terdaftar di Hong Kong, yang pada gilirannya memegang saham di PLDT Inc., sebuah perusahaan telekomunikasi dan penyedia layanan digital di Filipina.
<!--more-->
Grup Salim juga sempat menandatangani kemitraan strategis dengan Google Cloud Alphabet Inc. untuk mengubah bisnisnya secara digital pada awal tahun ini. Perusahaan sedang dalam pembicaraan untuk bermitra dengan perusahaan e-commerce lokal PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA).
Adapun untuk tahun depan, DCI Indonesia berencana menambah kapasitas data center sebesar 34 megawatt (MW) dengan nilai investasi sekitar US$ 238 juta - US$ 306 juta atau sekitar Rp 3,3 triliun - Rp 4,28 triliun.
Direktur Utama DCI Indonesia Toto Sugiri sebelumnya menyatakan perseroan ingin menambah kapasitas data center perusahaan hampir dua kali lipat. Penambahan kapasitas ini sejalan dengan kebutuhan pasar dan pertumbuhan perseroan.
Rencananya, kata Toto, perseroan bakal membangun JK6 dengan kapasitas 34 MW. "Kami sangat berhati-hati karena ini membutuhkan investasi yang besar,” tuturnya Senin lalu, 13 September 2021. Untuk menambah kapasitas data center, dibutuhkan biaya sekitar US$ 7 juta sampai dengan US$ 9 juta per MW.
BISNIS
Baca: OJK Minta Nasabah Waspadai Modus Terbaru Pinjol Ilegal: Transfer Dana Mendadak