Sri Mulyani Sebut Kebutuhan Pembiayaan Utang Melalui SBN Menurun, Ini Buktinya
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 26 Agustus 2021 09:37 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kinerja pasar Surat Berharga Negara terus membaik, ditunjukkan dari pergerakan yield yang semakin menurun dibandingkan sejak awal tahun 2021. Menurutnya, pembiayaan berjalan on-track didukung kondisi pasar yang kondusif dan kerja sama solid dengan Bank Indonesia.
"Kebutuhan pembiayaan utang melalui penerbitan SBN menurun sebagai dampak dari optimalisasi penggunaan SAL dan penurunan outlook defisit," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual, Rabu, 25 Agustus 2021.
Kontribusi Bank Indonesia dalam pembelian SBN sesuai SKB I hingga 20 Agustus 2021 telah mencapai Rp 136,01 triliun, yang terdiri dari SUN SKB I sebesar Rp 92,82 triliun dan SBSN SKB I sebesar Rp 43,19 triliun. "Dengan pelaksanaan SKB III antara Pemerintah dan Bank Indonesia, maka target penerbitan SBN di pasar perdana akan disesuaikan," ujarnya.
Selanjutnya, Pembiayaan Investasi terealisasi cukup baik, seiring penyelesaian proses administrasi dan penyusunan regulasi. Hingga 18 Agustus 2021 telah tercapai sebesar Rp 54,1 triliun.
Nilai itu terdiri atas Investasi kepada LMAN sebesar Rp 11,1 triliun, Dana Pembiayaan Perumahan (DPP) sebesar Rp 11 triliun, Pembiayaan Dana Bergulir sebesar Rp 20 triliun, Pemberian Pinjaman PEN Daerah sebesar Rp 1 triliun, serta Pembiayaan Dana Kerja sama Pembangunan Internasional sebesar Rp 2 triliun.
<!--more-->
Sebelumnya Sri Mulyani telah memastikan pemerintah pusat terus berupaya menekan peningkatan utang dan beban bunganya. Untuk itu, pemerintah telah mengambil sejumlah langkah dan bekerja sama dengan para pemegang kebijakan lainnya.
“Berbagai kebijakan extraordinary yang dilakukan, termasuk kerja sama dengan Bank Indonesia, merupakan langkah-langkah yang akan terus dilakukan secara proper,” kata Sri Mulyani pada Rapat Paripurna DPR RI Ke-3 Masa Persidangan I Tahun Sidang 2021-2022 di DPR RI, Selasa, 24 Agustus 2021.
Hal ini menjawab pandangan fraksi DPR sebelumnya tentang utang pemerintah. Lebih jauh, Sri Mulyani memaparkan salah satu kerja sama yang dilakukan adalah dengan bank sentral. Berbekal Surat Keputusan Bersama (SKB) I dan II yang berjalan sampai akhir 2020 di antaranya, kerja sama itu berhasil menekan turunnya yield Surat Utang negara (SUN) 10 tahun dari 8,3 persen pada Maret 2020, menjadi 5,9 persen pada akhir 2020.
Selain itu, melalui peran BI sebagai standby buyer SBN di pasar perdana, peran bank sentral sangat penting untuk menjaga stabilitas pasar obligasi dan menjaga integritas pasar negara. Sementara melalui mekanisme burden sharing, kata Sri Mulyani, BI juga menanggung beban utang pengendalian pandemi Covid-19 serta pemulihan ekonomi nasional.
HENDARTYO HANGGI | BISNIS
Baca: Lika-liku Cerita Perjalanan Mobil Timor dan Tommy Soeharto