Demokrat Anggap Pemerintah Jokowi Tak Efisien Kelola Utang, Ini Sebabnya

Jumat, 20 Agustus 2021 06:38 WIB

Gedung Kementerian Keuangan atau Kemenkeu. Dok TEMPO

TEMPO.CO, Jakarta - Fraksi Partai Demokrat DPR menyampaikan pandangan resmi atas laporan APBN 2020. Salah satunya adalah kritik soal Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) tahun lalu yang secara tak langsung menunjukkan ketidakmampuan pemerintah mengelola utang.

Adapun SILPA pada tahun 2020 mencapai Rp 234,7 triliun atau melonjak 400 persen dari 2019 yang sebesar Rp 46,4 triliun. "Ketidakselarasan ini bisa mengindikasikan pemerintah telah melakukan inefisiensi penggunaan dana dan lemahnya perencanaan pembiayaan," kata Vera Febyanthy yang mewakili fraksi dalam rapat paripurna DPR di Jakarta, Kamis, 19 Agustus 2021.

Awalnya, Partai Demokrat menyoroti defisit anggaran di 2020 yang mencapai Rp 947,7 triliun atau 6,14 persen PDB. Defisit ini yang kemudian didanai dengan utang dari luar dan dalam negeri, sehingga terdapat SILPA.

Selain SILPA, Partai Demokrat juga menyoroti jumlah utang pemerintah tahun 2020 yang mencapai Rp 6.079,17 triliun, dengan rasionya mencapai 39,39 persen. Oleh karena itu, Demokrat mengingatkan pemerintah agar berhati-hati terhadap besaran utang serta kemampuan negara untuk membayar.

Tak hanya Partai Demokrat, kritikan terhadap SILPA juga datang dari fraksi PKS. PKS menyebut SILPA yang tinggi menunjukkan kinerja perencanaan pemerintah yang masih rendah. Di sisi lain, pemerintah menggali utang berjumlah fantastis dengan membayar harga yang tidak murah.

Advertising
Advertising

Sehingga, PKS menilai SILPA ini menunjukkan pemerintah kurang optimal dalam merealisasikan program dan tidak mampu secara produktif mengelola utang. "Berakibat timbulnya beban bunga utang atas aset yang idle," demikian bunyi pandangan resmi fraksi PKS yang dibacakan oleh anggota mereka, Hermanto.

Sementara pada Januari 2021, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beralasan SILPA ini muncul karena berbagai alasan. Salah satunya, dimana Rp 66,7 triliun memang tidak ditarik karena ditempatkan di Himbara sebagai bagian dari program Pemulihan Ekonom Nasional (PEN).

Penempatan dana itu untuk membantu kucuran kredit bagi UMKM. "Tujuannya sampai perekonomian pulih dan kredit naik lagi," kata dia. Sementara, Rp 50,9 triliun dialihkan untuk anggaran 2021 mendorong vaksinasi dan UMKM.

Baca: Faisal Basri: Utang Pemerintah Naik Lebih dari 3 Kali Lipat dari Akhir Pemerintahan SBY-JK

Berita terkait

Emil Dardak Disebut Berpeluang Dampingi Khofifah di Pilkada Jawa Timur 2024, Berikut Profilnya

1 hari lalu

Emil Dardak Disebut Berpeluang Dampingi Khofifah di Pilkada Jawa Timur 2024, Berikut Profilnya

Emil Dardak berpeluang kuat kembali menjadi pendamping Khofifah di Pilkada Jawa Timur. Berikut rekam jejaknya.

Baca Selengkapnya

Kata Politikus PAN, Demokrat, dan PDIP soal Cawagub Pendamping Khofifah

1 hari lalu

Kata Politikus PAN, Demokrat, dan PDIP soal Cawagub Pendamping Khofifah

Politikus sejumlah partai politik angkat bicara soal cawagub pendamping Khofifah di Pilkada Jawa Timur. Siapa orangnya?

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

1 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

1 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Demokrat Siapkan Tiga Nama Kader Senior Maju di Pilkada Jakarta

1 hari lalu

Demokrat Siapkan Tiga Nama Kader Senior Maju di Pilkada Jakarta

Demokrat siapkan tiga nama kader senionya maju di Pilkada Jakarta.

Baca Selengkapnya

Jajaki Koalisi dengan Partai Lain, Demokrat Incar Kursi Calon Wakil di Pilkada Jakarta

1 hari lalu

Jajaki Koalisi dengan Partai Lain, Demokrat Incar Kursi Calon Wakil di Pilkada Jakarta

Partai Demokrat bakal mengusung sejumlah kader muda di Pilkada Jakarta. Mengincar kursi Wakil Gubernur

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

2 hari lalu

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

Ikappi merespons ramainya isu Kementerian Koperasi dan UKM membatasi jam operasional warung kelontong atau warung madura.

Baca Selengkapnya

Respons Sri Mulyani Soal Sorotan Publik ke Bea Cukai, Berikut Tips Hindari Denda Barang Impor

3 hari lalu

Respons Sri Mulyani Soal Sorotan Publik ke Bea Cukai, Berikut Tips Hindari Denda Barang Impor

Kerap kali barang impor bisa terkena harga denda dari Bea Cukai yang sangat tinggi. Bagaimana respons Menteri Keuangan Sri Mulyani?

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

3 hari lalu

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

3 hari lalu

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia tahun 2024 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.

Baca Selengkapnya