TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, memperkirakan utang pemerintah pusat pada 2022 akan mencapai Rp 8,11 kuadriliun. Ia menilai kenaikan utang tersebut merupakan angka luar biasa bila dibandingkan dengan posisi utang pada akhir masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla.
“Ini berarti kenaikan luar biasa dibandingkan pada akhir pemerintahan SBY-JK sebesar Rp 2,61 kuadriliun atau kenaikan lebih dari tiga kali lipat,” ujar Faisal dalam situs resminya, faisalbasri.com, Rabu, 18 Agustus 2021.
Naiknya utang pemerintah dipicu oleh pengeluaran yang lebih cepat daripada penerimaan perpajakan. Selama sekitar sembilan tahun terakhir, Faisal mengatakan kenaikan penerimaan dari perpajakan berjalan lebih lambat ketimbang pertumbuhan ekonomi.
Faisal menduga salah satu penyebabnya adalah adanya obral fasilitas pajak demi menggenjot investasi. Di sisi lain, pemerintah juga tidak berupaya menurunkan incremental capital-output ratio atau rasio modal-output tambahan yang pada era Jokowi 50 persen lebih tinggi dari era Orde Baru.