Sri Mulyani Waspadai Dampak Varian Delta Covid-19 di Negara Tujuan Ekspor
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 6 Agustus 2021 06:14 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai dampak varian delta Covid-19 di negara yang menjadi tujuan ekspor Indonesia. Pasalnya, hal tersebut berpotensi mempengaruhi kinerja ekspor pada kuartal III tahun ini.
"Akan mempengaruhi ekspor kita kalau delta varian menjalar dan sekarang sedang menjalar ke seluruh negara di dunia termasuk negara-negara yang menjadi tujuan ekspor," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual, Kamis, 5 Agustus 2021.
Ia lalu mencontohkan sejumlah daerah belakangan memperketat aktivitas karena ada kenaikan kasus Covid-19 seperti di Wuhan, Cina. Selain itu Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan.
Hal tersebut yang bakal memengaruhi dari sisi demand, khususnya konsumsi yang sangat tergantung kepada mobilitas dan aktivitas masyarakat. "Jadi ini yang harus kita waspadai, Covid-19 varian delta yang akan mempengaruhi sisi demand melalui konsumsi dan ekspor terutama," ucapnya.
Potensi penurunan demand ini yang bakal berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi kuartal III dan IV. Namun begitu, Sri Mulyani berharap momentum pemulihan ekonomi nasional yang sedang menguat tetap terjaga.
Sejumlah indikator yang mendukung baik dari sisi demand yaitu konsumsi, investasi, dan ekspor selain pemerintah sendiri melalui APBN belanjanya naik itu semuanya. "Sehingga momentum ini tentu akan tetap diharapkan berjalan dan bertahan pada kuartal III dan IV," ujar Sri Mulyani.
<!--more-->
Kepala Badan Pusat Statistik atau BPS Margo Yuwono sebelumnya mengatakan Produk Domestik Bruto Indonesia (PDB) atas dasar harga berlaku pada kuartal II 2021 mencapai Rp 4.175,8 triliun. Adapun PDB atas dasar harga konstan adalah sebesar Rp 2.772,8 triliun.
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia bila dibandingkan dengan kuartal I 2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 3,31 persen. Pada kuartal I, PDB ADHK Indonesia Rp 2.684 triliun dan PDB ADHB-nya Rp 3.970,5 triliun.
Sementara itu, apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, ekonomi Indonesia pada kuartal II 2021 tumbuh 7,07 persen. Pasalnya, pada kuartal II 2020, PDB ADHK tercatat Rp 2.589,8 triliun dan PDB ADHB Rp 3.687,8 triliun.
"Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia Semester I 2021 dibandingkan dengan Semester I 2020 tumbuh 3,10 persen," kata Margo dalam konferensi pers, Kamis, 5 Agustus 2021. Data tersebut, kata dia, telah memperhatikan catatan peristiwa sepanjang triwulan II 2021.
Pertumbuhan ekonomi ditopang oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga, investasi, kinerja ekspor dan impor, serta belanja pemerintah. Perbaikan kinerja tersebut terjadi karena adanya perbaikan di berbagai sektor usaha.
Ekspor non-migas untuk Januari-Juni sebesar 34,06 persen atau senilai US$ 97,1 miliar sedangkan ekspor migas tumbuh 48,04 persen atau senilai US$ 5,8 miliar. Neraca perdagangan Indonesia pun surplus US$ 11,8 miliar.
HENDARTYO HANGGI | CAESAR AKBAR
Baca: Eks Koruptor jadi Komisaris Anak Usaha BUMN, Gerindra: Sudah Jalani Hukuman