Setelah Bukalapak, OJK Sebut Ada Unicorn dan Decacorn Akan IPO Tahun Ini
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 16 Juli 2021 10:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan atau OJK Hoesen menyebutkan ada tiga perusahaan dengan status unicorn dan decacorn yang akan melantai di bursa pada tahun ini. Hal tersebut menyusul perusahaan teknologi Bukalapak yang melakukan IPO baru-baru ini.
Hoesen menjelaskan, hingga 30 Juni 2020 ada tiga emiten teknologi yang mampu mencetak market cap lebih dari Rp 100 triliun. Tiga perusahaan itu masuk dalam jajaran emiten big caps di Bursa Efek Indonesia.
Melihat hal tersebut, Hoesen yakin prospek sektor teknologi untuk menjadi sektor top leading di pasar modal Indonesia masih sangat terbuka lebar. Walaupun kini kapitalisasi pasar di sektor teknologi baru sekitar 5 persen dari total market cap.
Ia optimistis sektor teknologi di bursa dalam negeri bakal berkembang. Hal ini terutama didukung kehadiran perusahaan teknologi raksasa di lantai bursa seiring rencana IPO sejumlah unicorn.
“Mungkin kita sudah mendengar bahwa saat ini ada beberapa perusaahan rintisan di Indonesia yang berencana melakukan IPO. Tiga perusaahaan teknologi konglomerasi tersebut berstatus unicorn dan decacorn dengan total valuasi kurang lebih US $21 miliar,” ujar Hasan dalam sesi virtual Investor Daily Summit 2021, Kamis, 15 Juni 2021.
Lebih jauh, Hoesen menyebutkan masuknya big tech company ke pasar modal Indonesia berpotensi mendongkrak kapitalisasi pasar dalam negeri. Tak hanya itu, daya tarik pasar modal Indonesia semakin tinggi di mata investor termasuk investor asing.
Ia yakin perdagangan bursa di dalam negeri bakal makin bergairah. Untuk mendukung kehadiran unicorn di bursa itu, Hoesen menyebut OJK bekerja sama dengan BEI dan para stakeholder lainnya menyiapkan sejumlah regulasi baru seperti aturan multiple votes share (MVS).
<!--more-->
Data Bursa Efek Indonesia sampai dengan 6 Juli 2021 menunjukkan 23 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI. Adapun 3 perusahaan di antaranya diprediksi akan tercatat pada bulan Juli 2021.
Berikut ini adalah klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017:
2 Perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 miliar)
10 Perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar)
11 Perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp 250 miliar)
Adapun rincian sektornya adalah sebagai berikut:
3 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals
2 Perusahaan dari sektor Basic Materials
3 Perusahaan dari sektor Technology
4 Perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals
2 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistic
4 Perusahaan dari sektor Industrials
1 Perusahaan dari sektor Energy
2 Perusahaan dari sektor Financials
1 Perusahaan dari sektor Healthcare
1 Perusahaan dari sektor Retailing
CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin sebelumnya menyatakan hendak menghapus stigma perusahaan teknologi kalau mau tumbuh harus 'bakar' uang lebih banyak. "Kami di Bukalapak berbeda, kami ingin bertumbuh, memperbaiki profitabilitas, sehingga pertumbuhan berkualitas dan berkelanjutan," ujarnya dalam acara paparan publik Penawaran Saham Perdana PT Bukalapak.com Tbk., Jumat, 9 Juli 2021.
Pertumbuhan itu, kata dia, sudah terasa pada periode 2018-2020. Sepanjang tahun lalu, Bukalapak membukukan pendapatan Rp 1,35 triliun, atau naik dari 2019 senilai Rp 1,07 triliun, dan 2018 sebesar Rp 292 miliar. Adapun pertumbuhan rata-rata tahunan (CAGR) mencapai 115 persen.
Pada tahun 2020, total transaksi di Bukalapak mencapai Rp 85,08 trilun, naik dari 2019 sebesar Rp 57,39 triliun, dan 2018 sejumlah Rp 28,34 triliun. Sementara dari sisi Ebitda, Bukalapak membukukan -Rp 1,67 triliun pada 2020 dibandingkan -Rp2,68 triliun pada 2019 dan -Rp2,22 triliun pada 2018.
BISNIS
Baca: Ini Sebab CEO Bukalapak Tetap Pede IPO Meski Perusahaan Masih Catat Kerugian