Bos BCA Sebut PPKM Darurat Buat Permintaan Kredit Bakal Ambrol Lagi, Kenapa?

Senin, 12 Juli 2021 17:12 WIB

Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA), Tbk Jahja Setiaatmadja (kedua kanan) didampingi Kepala Kantor Wilayah X Iwan Senjaya (ketiga kanan) menyapa nasabah pada peringatan Hari Pelanggan Nasional di kantor cabang utama BCA di Jakarta, Selasa, 4 September 2018. Hari Pelanggan Nasional diperingati setiap 4 September. ANTARA/Audy Alwi

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) Jahja Setiaatmadja, memperkirakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat darurat atau PPKM Darurat bakal kembali menurunkan permintaan kredit.

Pembatasan mobilitas masyarakat ketat sepanjang 3 Juli hingga 20 Juli 2021 di Jawa dan Bali, menurut dia, bakal berimbas pada ekspansi kredit konsumsi.

Padahal, kata Jahja, permintaan kredit sempat mulai menggembirakan pada kuartal kedua tahun ini. "Ambrol lagi. Februari Maret 1 bulan bisa dapat (aplikasi kredit) Rp 15 triliun. (Sementara itu), di bulan Juli dalam 10 hari cuma Rp 400 miliar," katanya, Ahad, 11 Juli 2021.

Dalam perhitungannya, menurut Jahja, dalam sebulan permintaan kredit akan berkisar Rp 1,2 triliun hingga Rp 1,5 triliun. "Paling maksimal Rp 2 triliun kalau super optimistis," ucapnya.

Lebih jauh, kata Jahja, BCA tetap akan mengikuti perkembangan ekonomi untuk melakukan ekspansi kredit konsumsi. Lagipula, ekspansi kredit ini bergantung pada optimisme konsumsi masyarakat.

Advertising
Advertising

Jahja menjelaskan, BCA akan tetap mengandalkan pelaksanaan expo virtual untuk dapat menjawab permintaan kredit konsumer di sebagian segmen debitur potensial. "Sekarang expo virtual sedang berlangsung dan kami rencanakan nanti September atau Oktober tahun ini untuk diadakan lagi," katanya.

<!--more-->

Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI) Juda Agung sebelumnya menyebutkan kebijakan PPKM Darurat hanya bersifat sementara. Dengan begitu, kinerja kredit perbankan secara keseluruhan diyakini tak akan terganggu.

Juda menjelaskan, keputusan PPKM Darurat untuk untuk mengatasi penyebaran Covid-19 dan diharapkan sektor kesehatan kembali pulih. "Kami belum melakukan penyesuaian (target), masih di 5 hingga 7 persen,” katanya dalam video conference, Jumat, 2 Juli 2021.

PPKM Darurat Jawa-Bali berlaku mulai tanggal 3 Juli - 20 Juli 2021. Bank Indonesia yakin laju penyaluran kredit perbankan di akhir tahun masih akan sesuai target semula karena hingga bulan Mei lalu, sudah ada tren perbaikan.

Juga menjelaskan, laju kredit perbankan hingga Mei 2021 sudah membaik walau masih ada kontraksi sebesar 1,28 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Hal ini ditopang oleh pertumbuhan positif dari kredit dari bank BUMN dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang tumbuh masing-masing sebesar 3,57 persen dan 6,17 persen.

Di sisi lain, pertumbuhan kredit bank umum swasta nasional dan bank asing masih tercatat negatif, yaitu masing-masingnya sebesar -5,08 persen dan -25,9 persen secara tahunan.

BISNIS

Baca: Hari Ini Bank Mandiri dan BCA Naikkan Limit Tarik Tunai di ATM Jadi Rp 20 Juta

Berita terkait

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

42 menit lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

10 jam lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

CIMB Niaga Belum Naikkan Suku Bunga Usai BI Rate Naik

18 jam lalu

CIMB Niaga Belum Naikkan Suku Bunga Usai BI Rate Naik

Bank CIMB Niaga belum berencana untuk menaikkan suku bunga, setelah BI menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

20 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

22 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

1 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

3 hari lalu

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

BTN mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4 persen menjadi Rp 860 miliar pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya