Pengusaha Minta Kenaikan Tarif Dasar Listrik Ditunda Menjelang PPKM Darurat

Rabu, 30 Juni 2021 12:50 WIB

Polisi berjaga saat penyekatan di Jalan Sabang, Jakarta, Selasa, 29 Juni 2021. Polda Metro Jaya akan memperluas penyekatan dan pengendalian menjadi 35 ruas jalan di Jabodetabek sebagai bentuk pengawasaan pelaksanaan PPKM Mikro. TEMPO/Muhammad Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta – Sejumlah pengusaha menolak penyesuaian tarif dasar listrik atau TDL bagi sektor industri menjelang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat. Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan pengusaha akan mengalami tekanan berat karena berkurangnya jam operasional untuk beberapa sektor bisnis.

“Dalam kondisi ini, kita minta (tarif dasar listrik) dikurangi atau dibantu. Tapi ini malah ada yang naik. Itu kan pasti memberatkan,” ujar Budihardjo saat dihubungi Tempo, Rabu, 30 Juni 2021.

Pemerintah membuka peluang untuk memberlakukan TDL baru per 1 Juli 2021. TDL disesuaikan dengan harga minyak dunia, nilai tukar, dan inflasi. Dengan penyesuaian tersebut, tarif listrik pada kuartal III diperkirakan naik.

Budihardjo meminta pemerintah segera meninjau langkah penyesuaian TDL dan memperpanjang stimulus listrik bagi pelaku usaha. Bantuan ini bisa berbentuk diskon tarif listrik seperti yang telah diberikan sebelumnya atau bantuan langsung tunai ke perusahaan-perusahaan. Sejumlah negara, kata Budihardjo, sudah memberikan bantuan langsung kepada perusahaan untuk menopang biaya operasional.

“Kalau tidak (diberi bantuan), perusahaan kolaps. Sekarang saja sudah kolaps,” ujar Budihardjo. Selama PPKM darurat, Budihardjo memperkirakan pengusaha, khususnya penyewa tempat usaha, akan kesulitan membayar beban operasional karena berkurangnya kinerja perusahaan.

Advertising
Advertising

Penyesuaian TDL seiring dengan langkah pemerintah memberhentikan keringanan tagihan listrik per akhir Juni 2021. Stimulus listrik ini digelontorkan sejak 2020 dan sempat berlanjut hingga Maret 2021 serta diperpanjang lagi sampai Juni 2021. Saat stimulus dicabut, tarif listrik akan kembali mengikuti kondisi keekonomian.

<!--more-->

Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman mengatakan perubahan kebijakan yang berkaitan dengan listrik berpotensi menambah biaya produksi dan akan memberikan tambahan beban bagi keberlangsungan industri makanan dan minuman. Ia meminta pemerintah bijaksana dalam memutuskan kebijakan.

“Selama ini, biaya listrik bagi Industri di Indonesia terutama bagi industri makanan dan minuman berkontribusi sekitar 3 persen dari harga pokok produksi. Bila PLN berencana untuk menaikkan 20 persen, biaya produksi untuk Industri Makanan dan Minuman akan naik sekitar 0,6 persen,” kata Adhi.

Adhi menjelaskan, produk makanan minuman sangat sensitif terhadap harga. Jika harga-harga naik setelah tarif listrik berubah, rantai pasok keseluruhan akan ikut terimbas.

BACA: Menjelang PPKM Darurat, Kemenhub Siapkan Aturan Pengetatan Perjalanan Penumpang

FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Berita terkait

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

2 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

4 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

BI akhirnya menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25 persen. Apa alasan bank sentral?

Baca Selengkapnya

Nonton Liga Voli PLN Bisa Dapat Voucher Token Listrik

5 hari lalu

Nonton Liga Voli PLN Bisa Dapat Voucher Token Listrik

PT PLN (Persero) mendukung ajang kompetisi voli PLN Mobile Proliga 2024. Penonton bisa dapat voucher token listrik.

Baca Selengkapnya

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

5 hari lalu

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

PT Laba Forexinfo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencatat, mata uang rupiah ditutup menguat dalam perdagangan akhir pekan.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Menkeu Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah di Tengah Konflik Iran-Israel

7 hari lalu

Menkeu Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah di Tengah Konflik Iran-Israel

Menteri Keuangan atau Menkeu Sri Mulyani Indrawati menyiapkan strategi untuk menjaga nilai tukar rupiah di tengah konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Beban Puncak saat Lebaran 2024 Naik 3,53 Persen, PLN Klaim Sukses Sediakan Pasokan Listrik Andal

7 hari lalu

Beban Puncak saat Lebaran 2024 Naik 3,53 Persen, PLN Klaim Sukses Sediakan Pasokan Listrik Andal

PT PLN (Persero) mengklaim sukses menyediakan pasokan listrik andal selama periode siaga Ramadan dan Idul Fitri 1445.

Baca Selengkapnya

Indeks Pembangunan Manusia Jakarta 2023 Meningkat, Angka Harapan Hidup 75,81 Tahun

10 hari lalu

Indeks Pembangunan Manusia Jakarta 2023 Meningkat, Angka Harapan Hidup 75,81 Tahun

Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jakarta menjadi yang tertinggi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Penjualan Eceran Maret Meningkat, Indeks Penjualan Riil Tumbuh 3,5 Persen

10 hari lalu

Penjualan Eceran Maret Meningkat, Indeks Penjualan Riil Tumbuh 3,5 Persen

BI memprediksi kinerja penjualan eceran bulan Maret 2024 tetap tumbuh. Indeks Penjualan Riil Maret 2024 tercatat sebesar 222,8 atau tumbuh 3,5 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya