Pemerintah Berencana Membuat Bali Hub Ekspor Produk Industri Kreatif
Reporter
Bisnis.com
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Minggu, 27 Juni 2021 06:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berencana membuat Provinsi Bali sebagai hub ekspor terutama untuk produk dari sektor pertanian, kelautan, serta industri kreatif. Saat ini Pulau Bali telah menjadi hub ekspor produk-produk dari berbagai wilayah, seperti Papua, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa melalui Pelabuhan Benoa.
"Bali sebenarnya sudah difungsikan sebagai hub ekspor, hal ini terlihat dari aktivitas ekspor di Pelabuhan Benoa yang digunakan oleh para eksportir dari berbagai wilayah di Indonesia, hanya saja belum dikelola dengan regulasi yang baik," kata Gubernur Bali I Wayan Koster dalam acara Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Bali, Sabtu, 26 Juni 2021.
Menurut Koster, proyek Bali hub ekspor membutuhkan perencanaan matang dengan sistem yang solid, dan mampu mengintegrasikan semua unsur yang di dalamnya. "Rencana ini tidak boleh parsial, harus komprehensif dan berkesinambungan," kata dia.
Koster mengatakan terkait dengan rencana menjadikan Pulau Dewata sebagai hub ekspor telah dibahas dengan Menteri Keuangan, Menteri Perhubungan, hingga Menteri Pariwisata.
Ketua GPEI Bali Panudiana Kuhn menuturkan langkah pertama untuk menjadikan Bali sebagai hub ekspor, yakni dengan meningkatkan kompetensi dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang bergerak di dalamnya.
Dia menjelaskan peningkatan tersebut dapat melalui pelatihan dan pendidikan vokasi, seperti sekolah khusus menjahit untuk memenuhi kebutuhan SDM dalam bidang industri kreatif.
"Bali sebenarnya punya peluang, hanya saja memang anak-anak kita banyak yang lebih memilih sekolah di bidang pariwisata, kalau ada hub ekspor maka dapat membuka peluang untuk bidang lainnya," jelas Khun.
<!--more-->
Lebih lanjut, saat ini pelaku ekspor di Bali 92 persen berasal dari UMKM. Namun nilai ekspornya hanya 14 persen, dengan hub ekspor diharapkan tahun ini nilai ekspor tersebut dapat meningkat hingga 30 persen.
Plt. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Bali, NTB, dan NTT I Made Wijaya menuturkan ketika kondisi normal, ekspor lewat jalur udara di Indonesia sebagian besar dilakukan melalui Pulau ini, sebab nilai kargonya sangat memadai. Hal tersebut dilihat dari jumlah pesawat Internasional yang berada di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali sebanyak 70 - 80 pesawat per harinya.
"Penerbangan di Bali sebagian besar untuk manusia, jadi kargonya masih banyak yang kosong. Kargo tersebut memiliki daya saing yang sangat kompetitif karena harganya murah," jelasnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali Trisno Nugroho menuturkan Bali memiliki catatan yang positif untuk pertumbuhan nilai ekspor barang pada 2020, yakni menyumbang devisa sebesar 20,8 persen terhadap total devisa Bali. Jumlah tersebut naik dari tahun sebelumnya sebesar 5,7 persen (YoY).
Sementara itu, share ekspor untuk sektor pertanian juga terus meningkat. Pangsa kelompok pertanian pada 2020 meningkat menjadi 25,2 persen atau naik dari 23,3 persen dari tahun sebelumnya (YoY). Peningkatan tersebut utamanya terlihat untuk komoditas kepiting dan kerang, tanaman obat, kopi, serta buah dan sayur olahan.
BACA: Vaksinasi Covid-19 Capai 70 Persen, Bali Siap Sambut Wisatawan?