Punya Saham Big Caps? Simak Dampak Aturan Free Float
Reporter
Bisnis.com
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Senin, 14 Juni 2021 16:20 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mulai awal Juli 2021 mendatang, Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai mengatur ulang pembobotan indeks yang ada di pasar modal dengan menggunakan metodologi free float atau berdasarkan saham yang beredar.
Akan ada 29 indeks yang menyesuaikan bobotnya, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang paling banyak digunakan di Indonesia. IHSG sendiri akan mulai menerapkan metode tersebut pada Oktober 2021 mendatang.
Berdasarkan laporan alokasi aset Mirae Asset Sekuritas Indonesia pada bulan Juni 2021, ditemukan bahwa dengan penerapan metodologi free float tersebut dua saham dengan kapitalisasi pasar terbesar, yaitu BBCA dan BBRI, bobotnya terhadap IHSG akan diubah hingga batas maksimum 9 persen.
“Kami menemukan bahwa dua saham dengan kapitalisasi pasar terbesar, yaitu BBCA dan BBRI, harus melihat bobotnya terhadap IHSG yang diubah hingga batas maksimum 9 persen,” tulis Hariyanto Wijaya dalam laporan alokasi aset Mirae Asset Sekuritas, dikutip Minggu 13 Juni 2021.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan kapitalisasi pasar terbesar akan mengalami penyusutan bobot sebesar 2,3 persen berdasarkan perhitungan Hariyanto. BBCA sendiri kini memiliki bobot sebanyak 11,3 persen.
Sedangkan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) justru akan mengalami peningkatan bobot sebesar 1,6 persen dari yang saat ini memiliki bobot sebesar 7,4 persen. Angka tersebut didapatkan Hariyanto setelah mengubah metodologi pengindeksan yang digunakan IHSG saat ini yaitu 'pembobotan berdasarkan kapitalisasi pasar' menjadi 'disesuaikan dengan saham yang beredar'.
<!--more-->
Hariyanto menjelaskan metodologi yang diterapkan IHSG akan didasarkan pada porsi saham tanpa warkat yang dimiliki oleh investor publik, yaitu kurang dari 5 persen dan tidak termasuk saham milik manajemen dan saham obligasi.
Selain itu, setiap saham di IHSG akan dikenakan batasan bobot 9 persen. Adopsi metodologi ini sendiri akan dilaksanakan secara bertahap dalam tiga tahap. Hariyanto mengungkapkan menjelang implementasi metode free float, saham-saham big caps dengan komposisi publik yang kecil diperkirakan bobotnya akan turun.
Dia mencontohkan saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dengan kapitalisasi pasar 140,16 triliun dengan kepemilikan saham publik sebanyak 7,5 persen diperkirakan akan turun bobotnya sekitar 1,6 persen. Di mana sebelum free float memiliki bobot 2,1 persen, yang akan berubah menjadi 0,5 persen. Oleh karena
itu saham tersebut akan mengalami tekanan jual atau selling pressure. “Menjelang implementasi adopsi pertama kali metode free float, saham-saham big caps dengan komposisi publik yang kecil seperti HMSP yang diperkirakan akan turun bobot nya,” ujar Hariyanto saat dihubungi Bisnis.
BACA: IHSG Ditutup di 6.080, Samuel Sekuritas: Saham Bank Melemah, Properti Melejit