Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan pemaparan dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 22 Maret 2021. Rapat kerja tersebut membahas proyeksi kebutuhan batubara sebagai Energi Primer untuk pembangkit listrik milik PLN dan IPP sampai tahun 2028 serta upaya Kementerian ESDM menjadi ketersediaan pasokan batubara tersebut. TEMPO/M Taufan Rengganis
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan sejumlah strategi jangka panjang di sektor energi untuk bisa mencapai target karbon netral atau net zero emission (bebas emisi karbon) pada 2060.
"Di sektor energi, kami menargetkan bisa mencapai karbon netral pada 2060 atau lebih cepat dengan bantuan internasional dengan sejumlah strategi. Pertama, melalui pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) yang masif," kata Arifin dalam webinar bertajuk "Indonesia-Norway Investment Opportunities in Hydro and Solar Energy in Indonesia" yang diselenggarakan oleh KBRI Oslo, Senin, 7 Juni 2021.
Pengembangan EBT meliputi solar panel, angin, biomassa, panas bumi, tenaga air, laut, hidrogen, juga Battery Energy Storage System (BESS).
Strategi lain, yakni dengan mengurangi utilisasi sumber energi fosil dengan "co-firing" biomassa serta mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU).
"PLTU terakhir akan diberhentikan pada 2058 dan PLTGU di 2054," ujarnya.
Pada periode tersebut, tercatat bahwa tidak diperbolehkan adanya PLTU baru, kecuali telah memiliki perjanjian jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) atau yang tengah dalam masa pembangunan. <!--more--> Pengurangan sumber energi fosil juga dilakukan dengan melakukan konversi pembangkit diesel dengan pembangkit EBT.
Arifin melanjutkan, strategi lain yakni pengembangan interkoneksi transmisi dan jaringan listrik pintar. Strategi terakhir, yaitu terus mendorong penggunaan kendaraan listrik pada 2030 dengan target 2 juta mobil listrik dan 1,3 juta motor listrik.
Pemerintah menetapkan target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) pada 2030 sebesar 834 juta ton Co2. Ada pun sektor energi diharapkan dapat menurunkan emisi sebesar 314 juta ton Co2 dengan kemampuan sendiri dan 398 juta ton Co2 dengan bantuan internasional.
Sementara itu, realisasi hingga 2020, penurunan emisi Co2 sektor energi mencapai 64,4 juta ton atau 111 persen dari target sebesar 58 juta ton. Capaian tersebut dikontribusi dari energi baru dan terbarukan, efisiensi energi dan bahan bakar rendah karbon.