Rupiah Ditutup Melemah, Seiring dengan Indeks Dolar yang Menguat
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Jumat, 4 Juni 2021 17:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dalam perdagangan sore ini, rupiah ditutup melemah tipis 10 poin walaupun sebelumnya sempat melemah di 40 point di level Rp 14.295 dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.285. Pelemahan itu seiring dengan Indeks dollar menguat di hari ini.
"Dolar menguat terhadap mata uang lainnya dan mencapai tertinggi multi-minggu setelah serentetan data ekonomi yang kuat menjelang rilis gaji bulanan meningkatkan kemungkinan pengetatan awal Federal Reserve," kata Ibrahim Assuaibi Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka dalam keterangan tertulis, Jumat, 4 Juni 2021.
Dia mengatakan Amerika Serikat mencatat 385 ribu klaim pengangguran awal dalam seminggu terakhir, lebih rendah dari 390 ribu klaim dalam perkiraan yang disiapkan oleh Investing.com dan 405 ribu klaim yang diajukan selama minggu sebelumnya.
Jumlah klaim turun selama lima minggu berturut-turut ke rekor terendah 400 ribu, level yang tidak terlihat sejak awal pandemi Covid-19.
Penurunan jumlah kasus Covid-19 memungkinkan bisnis untuk dibuka kembali dan meningkatkan permintaan. Investor sekarang menunggu data ketenagakerjaan lebih lanjut, termasuk data non-farm payrolls untuk Mei, yang akan dirilis hari ini.
Investor juga tetap khawatir tentang perlambatan langkah-langkah stimulus Fed, didorong oleh prospek inflasi yang tidak terkendali. Namun, beberapa pejabat Fed menegaskan kembali bahwa tekanan harga akan bersifat sementara, dan bank sentral akan mempertahankan langkah-langkah stimulus saat ini tidak berubah untuk sementara waktu.
<!--more-->
Dari sisi internal, Bank Indonesia menyatakan, Indonesia harus mewaspadai berbagai risiko yang bisa menghalangi pertumbuhan ekonomi tahun ini. Sedangkan target pertumbuhan ekonomi 6 persen di tahun 2021 sangat bergantung dari kemampuan pemerintah dalam meredam pandemi Covid-19.
Selain itu, Indonesia sebagai negara pengimpor vaksin juga mendapat tantangan tersendiri untuk mengendalikan pandemi. Ia mengatakan bagi negara produsen vaksin, pertumbuhannya bakal lebih cepat. Untuk itu, pemerintah dinilai tak boleh hanya mengandalkan vaksinasi.
Menurutnya faktor pengendalian dan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk melakukan mobilitas menjadi penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6 persen.
Di sisi lain, perbankan saat ini masih kelebihan likuditas. Artinya penyaluran kredit juga masih lemah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Kemudian mulai dari episentrum pandemi yang bergeser, sehingga akses dan kecepatan vaksinasi masih belum bertambah.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021, di berbagai negara masih negatif sehingga mempengaruhi ekonomi Indonesia itu sendiri.
Sedangkan untuk perdagangan besok Senen, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 14.295 - Rp 14.325.
BACA: Rupiah Melemah Seiring Membaiknya Data Ekonomi Amerika
HENDARTYO HANGGI