Minyak Pertamina Tumpah di Laut, SKK Migas: Sejak 2007, Pipanya Harus Diganti
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Minggu, 25 April 2021 10:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah mengidentifikasi penyebab kebocoran pipa minyak milik Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di perairan utara Karawang, Jawa Barat. Ternyata, kebocoran terjadi pada pipa berumur tua, yang seharusnya sudah diganti sejak 14 tahun yang lalu.
Plt Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih mengatakan fasilitas yang bocor tersebut memang sudah dibangun sejak 1977. Pipa yang ada di sana pun hanya memiliki batas umur maksimal 30 tahun dan harus diganti sejak 2007.
"Seharusnya begitu," kata Susana saat dihubungi di Jakarta, Jumat, 23 April 2021. Sebab pada 2003-2004, sudah ada beberapa bubble yang menjadi indikator bahwa pergantian harus segera dilakukan.
Sebelumnya, kebocoran ini terjadi pada Kamis, 15 April 2021 di sekitar area BZZA, atau 15 mil dari bibir pantai Karawang. Akibat kejadian ini, minyak tumpah ke laut dan bahkan mendarat di pesisir pantai Karawang.
Ini bukanlah kejadian yang pertama. Sebelumnya, kebocoran juga terjadi di Sumur YYA-1 milik PHE ONWHJ pada 12 Juli 2019. Kebocoran ini bisa dihentikan pada 21 September 2019.
Susana bercerita bahwa sebenarnya sudah ada evaluasi bersama antara SKK Migas dan Pertamina dan merekomendasikan untuk mengganti semua pipa di sana. Tapi masalahnya, kata dia, produksi minyak di lokasi ini sudah tidak sebesar kapasitas awalnya.
<!--more-->
Sedangkan, biaya untuk mengganti semua pipa dengan yang baru membutuhkan biaya yang sangat mahal. Dengan pertimbangan tersebut, aktivitas di lokasi tetap berjalan dengan pipa-pipa tua tersebut. SKK Migas mengetahui hal tersebut dan tidak mempermasalahkannya.
Penggantian beberapa pipa tetap dilakukan sejak 2007, tapi hanya pada bagian tertentu saja. Tahun 2021 ini pun, kata Susana, sudah ada rencana penggantian sebagian pipa dan masih berjalan. "Sudah koordinasi, akan dipercepat penggantiannya," kata dia.
Pipa-pipa tua ini yang akhirnya bocor juga pada 15 April 2021. Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menyebut pipa yang bocor tersebut sudah berkarat. "Karena korosi, pipa sudah uzur alias aging facility, tidak ada efek eksternal," kata Julius, di hari yang sama.
Manager Communication Relations & CID perusahaan, Hari Setyono, pun membenarkan ihwal korosi pipa tersebut. "Karena memang pipa ini kan sudah lama ya, ini sudah berproduksi berapa tahun," kata Hari.
Memang, kebocoran sudah langsung bisa dihentikan langsung pada hari kejadian. Tapi, 8 barel minyak Pertamina pun harus tumpah ke laut dan mendarat ke pantai. Hingga saat ini, SKK Migas telah mendapatkan laporan dari Pertamina setidaknya ada 4 desa yang terdampak akibat kebocoran ini.
BACA: SKK Migas: 50 Persen Kegiatan Pengembangan untuk Perizinan dan Pengadaan Lahan
FAJAR PEBRIANTO