Bos BCA Tanggapi Booming Paylater: Belum Tentu Langsung Makan Pasar Kartu Kredit

Jumat, 23 April 2021 15:46 WIB

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja saat mencoba mesin CS Digital dan mengganti kartu BCA magnetic menjadi kartu BCA berteknologi chip hasil kerja sama dengan Mastercard. Tempo/M JULNIS FIRMANSYAH

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA, Jahja Setiaatmadja tak risau kehadiran paylater yang belakangan semakin banyak digunakan oleh masyarakat.

Ia menilai sejak awal fasilitas pembayaran tersebut tidak bersaing langsung dengan bisnis kartu kredit. Paylater, menurut dia, membidik pasar baru yang belum tergarap oleh perbankan selama ini.

Jahja lalu menjelaskan, dulu kartu kredit secara fisik hanya bisa digunakan di restoran, toko atau mal dengan menggunakan mesin EDC. Namun seiring kemajuan teknologi dan makin makin masifnya e-commerce, nasabah dapat menggunakan kartu kredit saat berbelanja online. E-commerce yang menyediakan layanan baru berupa paylater tersebut sebagai salah satu pemicu fasilitas tersebut belakangan menjadi primadona.

Apalagi, kata Jahja, pengguna kartu kredit belum merata di Indonesia. Pasalnya, tidak semua orang memiliki kartu kredit karena belum memenuhi sejumlah syarat yang ditetapkan. Sehingga kehadiran paylater kini banyak digunakan oleh mereka yang belum memiliki kartu kredit.

"Jadi, ini bukan persaingan. Sebenarnya ini suatu market baru yang diadaptasi oleh e-commerce untuk belanja dengan kredit yang mungkin nasabah ini belum kredible secara perbankan," ujar Jahja, Kamis, 23 April 2021.

Advertising
Advertising

Dengan berbekal basis data pengguna di e-commerce tersebut, menurut Jahja, fasilitas paylater bisa diberikan. "Karena dia langganan di e-commerce tersebut sudah ada track record-nya. Karena based on database, diberikanlah fasilitas paylater," tuturnya.

<!--more-->

Oleh karena itu, Jahja yakin, kehadiran paylater tidak bersaing langsung dengan kartu kredit. "Enggak bisa dikatakan, paylater nambah 2 juta orang, apakah market kartu kredit kemakan 2 juta? Belum tentu. Ada mungkin yang kemakan, tapi ada juga yang as a new market, ya," katanya.

Direktur BCA Santoso menambahkan penurunan volume kartu kredit yang terjadi belakangan ini bukan karena kalah bersaing dengan paylater. Sebab, segmen pasar bisnis kartu kredit dan paylater sudah jelas berbeda.

Adapun penurunan nilai transaksi kartu kredit, menurut Santoso, karena di masa pandemi otomatis ada penurunan face to face transaction. Padahal, di masa normal, transaksi kartu kredit bisa lebih tinggi karena nasabah lebih leluasa dapat membeli barang dengan cara mencicil berapa kali dengan bunga atau tanpa bunga.

Selain itu ada fasilitas kredit tanpa agunan yang bisa digunakan oleh pemegang kartu kredit ataupun orang yang belum memiliki kartu kredit. Namun hal ini tidak bisa dilakukan di masa pandemi karena tetap membutuhkan face to face transaction.

Pasar ini, kata Santoso, yang kemudian dilihat oleh para perusahaan paylater. "Ini menjadi satu market baru yang digarap oleh pemain. Nah BCA juga sedang mengamati, mengkaji mengenai produk ini untuk kita lakukan," ucapnya.

BISNIS

Baca: Pandemi, Bos BCA Cerita KPR dan Kredit Mobil Jeblok Hingga Kurang dari Separuh

Berita terkait

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

1 hari lalu

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mendorong lembaga keuangan penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memprioritaskan kalangan difabel.

Baca Selengkapnya

17 Sekolah Bakti BCA Berhasil Tingkatkan Mutu dan Siap Naik Kelas

1 hari lalu

17 Sekolah Bakti BCA Berhasil Tingkatkan Mutu dan Siap Naik Kelas

BCA menggelar rangkaian Appreciation Day Sekolah Bakti BCA bertema "Building Better Future: Nurturing Dreams, Growing Leaders

Baca Selengkapnya

10 Cara Mengatasi M-Banking BCA Error, Salah Satunya Restart HP

1 hari lalu

10 Cara Mengatasi M-Banking BCA Error, Salah Satunya Restart HP

Berikut ini cara mengatasi M-Banking BCA error yang tidak bisa diakses di ponsel Android maupun iOS Apple. Bisa dengan menguninstall hingga hapus cach

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

1 hari lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

2 hari lalu

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

PT Bank OCBC NISP Tbk. mencetak laba bersih yang naik 13 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi sebesar Rp 1,17 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

2 hari lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

3 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

4 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

4 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya