Indika Energy Bukukan Pendapatan USD 2.077 juta Tahun Lalu, Turun 25,4 Persen
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Kodrat Setiawan
Selasa, 6 April 2021 14:13 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - PT Indika Energy Tbk. membukukan pendapatan sebesar US$ 2.077,2 juta atau turun 25,4 persen dibandingkan US$ 2.782,7 juta pada tahun sebelumnya. Penurunan pendapatan perseroan terutama disebabkan oleh menurunnya Pendapatan Kideco Jaya Agung (Kideco) sebesar 20,6 persen.
"Hal ini diakibatkan harga jual batu bara rata-rata yang menurun sebesar 16,1 persen dari US$ 45,1 menjadi US$ 37,8 per ton pada tahun 2020 dan volume penjualan yang juga berkurang sebesar 5,4 persen dari 34,9 juta ton menjadi 33,0 juta ton," kata Wakil Direktur Utama dan CEO Indika Energy Azis Armand dalam keterangan tertulis, Selasa, 6 April 2021.
Anak-anak perusahaan lainnya seperti Petrosea juga mencatat penurunan pendapatan sebesar 28,5 persen dari US$ 476,4 juta pada 2019 menjadi US$ 340,7 juta pada 2020 karena berkurangnya kontrak pertambangan dan Engineering and Construction.
Kemudian Mitrabahtera Segara Sejati (MBSS) mencatat penurunan pendapatan 29,5 persen dari US$ 77,8 juta menjadi US$ 54,9 juta pada tahun 2020 karena menurunnya volume barging dan transhipment.
Sementara itu, pendapatan Tripatra turun 35,2 persen dari US$ 462,3 juta menjadi US$ 299,4 juta karena berkurangnya pendapatan dari proyek BP Tangguh, serta sudah terlaksananya proyek Vopak. Laba Kotor tahun 2020 tercatat menurun 40,5 persen dari US$ 426,7 juta menjadi US$ 253,9 juta.
Laba usaha juga turun sebesar 60,0 persen dari US$ 289,5 juta menjadi US$ 115,9 juta. Beban Penjualan, Umum dan Administrasi tercatat meningkat 0,6 persen dari US$ 137,2 juta menjadi US$ 138,0 juta pada tahun 2020 karena naiknya beban terkait dengan upaya perseroan untuk menjaga kinerja operasional dari dampak pandemi COVID-19 dan
bertambahnya jumlah karyawan yang terlibat dalam pengembangan proyek baru di dalam Indika Energy Group.
<!--more-->
Sementara itu, beban keuangan perseroan juga meningkat sebesar 9,2 persen dari US$ 109,5 juta menjadi US$ 119,5 juta pada 2020. Penyebabnya adalah pembayaran lebih awal terhadap obligasi yang jatuh tempo pada 2022 dan 2023, dan tingkat kupon obligasi baru yang lebih tinggi, serta meningkatnya pinjaman perseroan.
Sebagai hasilnya, perseroan membukukan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 117,5 juta, dibandingkan rugi bersih sebesar US$ 18,2 juta pada tahun sebelumnya.
Perseroan juga mencatat rugi inti sebesar US$ 52,2 juta pada 2020 dibandingkan laba inti sebesar US$ 75,5 juta pada tahun sebelumnya.
Pada akhir 2020, posisi kas, setara kas dan aset keuangan lain perseroan mencapai US$ 792,1 juta. Realisasi biaya modal (capital expenditure) pada 2020 adalah sebesar US$ 84,2 juta, di mana US$ 34,8 juta di antaranya digunakan untuk pembangunan konstruksi fasilitas terminal bahan bakar oleh Interport di Kariangau, Kalimantan Timur, dan sebesar US$ 30,0 juta dialokasikan untuk Petrosea.
Aziz mengatakan kesehatan dan keselamatan karyawan merupakan prioritas utama Indika Energy selama pandemi, yang kami lakukan untuk menjaga kesinambungan operasional Perseroan dan mendukung ketahanan energi nasional. "Situasi yang menantang ini memicu kami untuk lebih adaptif dan tangkas dalam melihat peluang usaha demi keberlanjutan Perseroan, serta memperkuat komitmen kami terhadap ESG,” kata Azis.
HENDARTYO HANGGI
Baca juga: Indika Energy dan 4PEL India Investasi Bisnis Listrik Tenaga Surya Rp 700 Miliar