Cerita Sri Mulyani Soal Reaksi Investor saat Datang ke RI: So Mumet, Pusing
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Kamis, 18 Maret 2021 20:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani bercerita tentang reaksi investor saat pertama kali menanamkan modalnya di Indonesia. Mulanya, para investor tertarik melihat potensi negara yang besar.
“Tapi begitu datang ke Indonesia, it’s so mumet, pusing,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers peluncuran Batam Logistic Ecosystem yang digelar secara virtual, Kamis, 18 Maret 2021.
Sistem perizinan Indonesia yang berlapis dan data yang belum seluruhnya terintegrasi membuat pemodal acap kesulitan. Dari sisi logistik, misalnya. Lantaran sistem belum efisien, biaya logistik di Indonesia lebih tinggi 10 persen ketimbang di Singapura, yakni mencapai 23,5 persen dari produk domestik bruto atau PDB. Sedangkan biaya logistik Singapura hanya 13 persen.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengungkapkan kondisi tersebut mengakibatkan daya saing logistik Indonesia kalah dengan negara tetangga. Mengacu pada persoalan tersebut, pemerintah kemudian mencanangkan program ekosistem logistik nasional atau national logistic ecosystem (NLE).
NLE bermaksud menyederhanakan rantai perizinan dan menekan ongkos logistik agar Indonesia bisa menghadapi hambatan-hambatan perdagangan internasional. Selain efisiensi, NLE juga digadang-gadang akan memberi kepastian usaha bagi investor.
Melalui NLE, pemerintah mengatur adanya penghematan ongkos dan waktu pengiriman logistik dengan penyederhanaan dari empat kegiatan yang ditransformasikan secara digital.
Keempatnya adalah penebusan delivery order (DO) dan persetujuan pengeluaran petikemas (SP2) yang dilakukan secara online dengan perkiraan efisiensi Rp 402 miliar per tahun serta pemesanan truk melalui e-trucking dengan penghematan Rp 975 miliar per tahun.
<!--more-->
Efisiensi waktu yang ditimbulkan setelah ada layanan DO dan SP-2 online mencapai 91 persen, sedangkan e-trucking menghemat waktu 50 persen. Kemudian, penyampaian dokumen dan pemeriksaan Bea Cukai serta Karantina melalui single submission serta single joint inspection yang akan menghemat Rp 85 miliar per tahun. Layanan ini juga mengefisienkan waktu sampai 35-56 persen.
Terakhir, pengangkutan kapal atau bongkar muat dengan single submission yang dapat menghemat ongkos Rp 60 miliar per tahun. Efisiensi logistik ini tidak hanya akan menghemat ongkos secara material. Melainkan juga terjadi penghematan waktu proses pengurusan izin hingga 74 persen.
Sebagai percontohan atau pilot project, pemerintah meluncurkan fitur ekosistem logistik pertama kali di Batam bernama Batam Logistic Ecosystem atau BLE. Lokasi Batam yang strategis memungkinkan daerah itu mampu bersaing dengan tetangganya, yakni Singapura.
“Batam itu hanya sekitar kurang dari 1 jam naik speedboat ke Singapura. Jadi namanya tetangga diyakini itu koeksis, dekat sekali, sehingga perbandingannya sangat nyata kalau kita tidak perform,” katanya.
Selain Batam, Sri Mulyani mengatakan eksosistem logistik akan diterapkan di bandara dan pelabuhan di seluruh Indonesia. Di samping mendorong daya saing, upaya ini disebut-sebut bisa memicu percepatan pemulihan ekonomi nasional.
BACA: Sri Mulyani: Ekosistem Logistik Akan Diberlakukan di Semua Pelabuhan dan Bandara
FRANCISCA CHRISTY ROSANA