Soal Vaksin Nusantara, Dahlan Iskan: RI Bisa Menyalip Seperti Valentino Rossi

Jumat, 19 Februari 2021 20:44 WIB

Dahlan Iskan. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Bekas Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan berharap Vaksin Nusantara yang diprakarsai oleh Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto bisa dipakai secara darurat pada Mei mendatang. Pasalnya, ia menilai vaksin tersebut bisa mengatasi persoalan pandemi Covid-19.

"Pada balapan vaksin dunia ini, Indonesia bisa menyalip di tikungan. Bisa seperti pembalap Michael Schumacher atau Valentino Rossi dulu. Pembalap kita adalah: dokter cum jenderal Terawan Putranto," tulis Dahlan Iskan di laman pribadinya disway.id, Jumat, 19 Februari 2021.

Dahlan melihat dalam kancah balapan vaksin ini, Johnson & Johnson telah menyalip Pfizer dan AstraZeneca, dengan penemuannya, yaitu cukup satu kali suntik. Pfizer sendiri menyalip Sinovac dalam hal efikasi yang lebih tinggi, yakni 95 persen.

"Kini Vaksin Nusantara-nya dokter Terawan akan menyalip di banyak tikungan sekaligus. Mulai bulan Mei nanti. Tidak lama lagi. Kalau, BPOM bisa mengeluarkan izin pemakaian darurat di bulan itu," kata Dahlan.

Uji coba pendahuluan untuk vaksin tersebut, kata Dahlan, sudah diselesaikan dengan hasil aman. Uji coba tahap I sudah pula selesai. Hasilnya sudah dilaporkan ke BPOM dan ke badan kesehatan dunia, WHO.

Advertising
Advertising

"Dari uji coba tahap I itu terlihat tidak satu pun relawan yang terkena efek samping. Berarti vaksin ini aman," tutur Dahlan.

<!--more-->

Pekan ini, kata Dahlan diharapkan badan obat dan makanan Indonesia mengizinkan dilakukannya uji coba tahap II, dengan jumlah dan variasi relawan lebih banyak dan variasi dosis lebih luas.

"Pun kalau sukses, BPOM akan mengizinkan lagi segera dilakukan uji coba tahap II. Dengan demikian izin pemakaian darurat bisa didapat awal Mei 2021. Bukan main kebanggaan nasional kalau itu terwujud," tulis Dahlan.

Kalau semua tahapan sisa itu lancar, Dahlan berujar Indonesia benar-benar akan bisa menyalip di tikungan dan sekaligus di banyak kelokan. Pasalnya, pertama, Vaksin Nusantara ini diklaim akan bisa di tubuh orang seumur hidup.

"Tidak seperti vaksin yang sudah ada, hanya bertahan 1 tahun. Ada yang bilang hanya 9 bulan. Bahkan lebih pendek lagi," tutur dia. Artinya, kalau pandemi tidak selesai 6 atau 9 bulan lagi, masyarakat harus divaksinasi lagi.

Kenggulan kedua, tutur Dahlan, penyuntikan pun hanya sekali dan tidak sakit. Sebab, lokasi penyuntikan tetap di lengan tapi tidak perlu dalam, cukup mencapai bagian lemak. Karena itu, arah jarum suntiknya tidak harus tegak lurus.

"Tidak seperti suntik vaksin yang ada selama ini: jarumnya harus mencapai otot lengan. Harus dalam. Posisi jarum pun harus tegak-lurus. Rasa sakit dari suntik vaksinasi yang ada sekarang ini timbul akibat teknik penyuntikan yang harus seperti itu," kata Dahlan.

<!--more-->

Ketiga, Vaksin Nusantara itu diklaim tidak perlu disimpan di suhu dingin, cukup di ruangan biasa. Sehingga, Puskesmas yang kulkasnya sudah penuh pun tidak harus beli kulkas baru. Pun kalau listrik mati, tidak membuat Vaksin Nusantara sampai rusak.

"Berarti cocok sekali dengan kondisi Indonesia. Indonesia benar-benar tiba-tiba unggul," kata Dahlan.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny K. Lukito mengatakan bahwa pihaknya masih mengevaluasi hasil uji klinis fase I Vaksin Nusantara gagasan Terawan. Tahapan uji vaksin ini masih panjang, sehingga terlalu dini untuk mengklaim khasiat dan keamanannya.

"Kan masih harus melewati Fase I, II dan III. Jadi, terlalu dini untuk pihak manapun mengklaim khasiat dan keamanan saat ini," ujar Penny saat dihubungi Tempo pada Jumat, 19 Februari 2021.

Vaksin Nusantara ini dikembangkan oleh eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto bersama tim peneliti dari Laboratorium RSUP Kariadi Semarang, Jawa Tengah. Riset juga menggandeng Aivita Biomedical Corporation dari Amerika Serikat dan Universitas Diponegoro.

Uji klinis fase I vaksin ini telah selesai dilaksanakan pada akhir Januari 2021 dan diklaim menunjukkan hasil yang baik. "Hasil uji klinis fase pertama baik, tanpa ada keluhan berat yang dirasakan oleh 27 relawan vaksin," kata salah seorang peneliti, Yetty Movieta Nency, dikutip dari Antara, Jumat, 19 Februari 2021.

Hasil uji klinis fase I Vaksin Nusantara ini kemudian diserahkan kepada BPOM untuk dievaluasi. "Masih dalam evaluasi sebelum kami mengeluarkan Protokol UK Fase II, untuk kehati-hatian aspek keamanan dan khasiatnya," ujar Penny.

CAESAR AKBAR | DEWI NURITA

Baca: Cerita Dahlan Iskan Awalnya Enggan ke Rumah Sakit saat Diduga Terkena Covid-19

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

2 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

3 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

4 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Unilever Tarik Es Krim Magnum di Inggris dan Irlandia dari Peredaran, Begini Penjelasan BPOM soal Produk Itu di RI

5 hari lalu

Unilever Tarik Es Krim Magnum di Inggris dan Irlandia dari Peredaran, Begini Penjelasan BPOM soal Produk Itu di RI

BPOM angkat bicara soal keamanan produk es krim Magnum yang beredar di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

7 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Pakar Farmasi Bantah Obat Sakit Kepala Bisa Sebabkan Anemia Aplastik

8 hari lalu

Pakar Farmasi Bantah Obat Sakit Kepala Bisa Sebabkan Anemia Aplastik

Pakar menjelaskan kasus anemia aplastik akibat obat-obatan jarang terjadi, apalagi hanya karena obat sakit kepala.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

11 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

11 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Cabut Pembatasan Barang TKI, Begini Bunyi Aturannya

11 hari lalu

Pemerintah Cabut Pembatasan Barang TKI, Begini Bunyi Aturannya

Sebelumnya, pemerintah membatasi barang TKI atau pekerja migran Indonesia, tetapi aturan ini sudah dicabut. Begini isi aturannya.

Baca Selengkapnya

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

17 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya