Cara Sri Mulyani Cegah Aksi Saling Kanibal dalam Holding Ultra Mikro
Reporter
Bisnis.com
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Selasa, 9 Februari 2021 04:28 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan bahwa rencana pembentukan holding ultra mikro yang melibatkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Permodalan Nasional Madani (Persero), dan PT Pegadaian (Persero), tidak akan berdampak negatif pada keberlangsungan bisnis ketiga perusahaan tersebut.
Sri Mulyani mengatakan, holding ultra mikro akan mempertahankan keunggulan ketiga perusahaan ini. Pihaknya pun menjamin tidak akan terjadi kanibalisasi perusahaan dalam integrasi tersebut.
“Ketika kami sampaikan ke kementerian BUMN yang menyampaikan usulan holding, kami meyakinkan dengan memberikan beberapa rambu-rambu,” kata Sri Mulyani dalam Raker bersama dengan Komisi XI DPR RI, Senin 8 Februari 2021.
Dia memastikan eksistensi PNM dan Pegadaian akan terjaga, dan bisnis kedua perusahaan ini tak akan sepenuhnya dicaplok BRI. Keberadaan holding, menurutnya justru memperkuat bisnis masing-masing perusahaan, terlebih karena adanya kekuatan eksisting BRI sebagai bank dengan jaringan luas dan kemampuan besar dalam mengumpulkan dana murah.
"Nanti akan dilakukan monitoring atau ikatan kontrak kinerja dengan manajemen yang baru, agar mereka betul-betul bisa merealisasi klaim yang disampaikan pada saat pembahasannya, yaitu ini adalah sinergi dari tiga bisnis model yang saling melengkapi, bukan saling kanibal atau saling me-merger."
<!--more-->
Sri Mulyani mengatakan, integrasi BUMN untuk segmen ultra mikro (UMI) dan UMKM nantinya akan menerapkan model co-existence. Sinergi dan simbiosis mutualisme antar ketiga perusahaan akan dikawal dengan pembentukan Key Performance Indicators (KPI) yang ketat.
Dalam keterangan resminya, Senin 8 Februari 2021, Direktur Utama Pegadaian Kuswiyoto mengatakan salah satu manfaat integrasi ketiga lembaga tersebut adalah terciptanya efisiensi bagi Pegadaian.
“Beberapa hal yang kita lakukan dengan sinergi, PKS, MoU, tidak bisa membuat ikatan yang sangat kuat. Contohnya, bagaimana Pegadaian yang mau mengembangkan 2.000 outlet berapa biayanya? Kalau dengan BRI kami bisa hemat per outlet Rp200 juta, kalau 2.000 outlet berarti (hemat) Rp400 miliar per tahun. Belum nanti kami punya penaksir-penaksir yang ditempatkan di kantor BRI, maka pelayanan kami terhadap masyarakat di remote area khususnya akan tambah banyak,” ujarnya.
Senada, Direktur Utama PNM Arief Mulyadi menyebut integrasi BUMN untuk UMI dan UMKM dapat meningkatkan nilai tambah bagi nasabah perusahaan yang terlibat.
“Sebetulnya bukan biaya bunga yang tinggi di kami, tapi biaya service. Sejalan peningkatan plafon mereka [nasabah], kami sudah bisa menurunkan 6 persen jadi 19 persen [bunga] untuk debitur di atas Rp5 juta. Harapannya setelah bersama dalam ekosistem UMI ini harus ada penurunan signifikan,” ujar Arief.
Arief memastikan integrasi usaha ini tidak akan berdampak pada PHK dan penutupan kantor PNM di daerah. Dia juga menyebut integrasi ini bisa menurunkan biaya pembiayaan yang disalurkan PNM kepada tiap pelaku usaha UMi.
Sri Mulyani menjelaskan sinergi atau mutualisme dalam holding ultra mikro tidak saling mengambil alih. "Bentuk ko-eksistensi ini akan kami wujudkan dalam bentuk KPI, di mana tadi ada dari sisi manajemen maupun dari Kementerian BUMN menjanjikan bahwa model kerja mereka justru akan semakin diperkuat. Nanti KPI yang ada kuantifikasinya akan kami translate dan karena kami belum lihat detail framing-nya, timing-nya kapan, ini nanti yang akan kami kejar dalam pemberian approval holding tersebut,” katanya.
BACA: Sri Mulyani Laporkan Sumber Investasi 10 Tahun Terakhir, Siapa Terbanyak?