Harga Kedelai Naik, Budi Waseso: Permainan Importir
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 3 Februari 2021 14:17 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan kenaikan harga kedelai bukan karena berkurangnya produksi komoditas tersebut dari negara lain, tapi disebabkan permainan dari importir.
"Persoalannya kedelai itu bukan kurang, bukan mahal karena keterbatasan produksi dari luar negeri, bukan. Karena permainan dari kartel-kartel importir kedelai," kata Budi Waseso dalam konferensi pers virtual, Rabu, 3 Januari 2021.
Birokrasi yang masih panjang ini, menurut dia, juga menjadi penyebab naiknya harga tahu dan tempe. "Kenapa bisa mahal? Teman-teman bisa lihat, akar masalahnya karena kartel terlalu banyak, birokrasi terlalu panjang. Satu ke satu ke satu semua pakai biaya yang kita istilahkan ini wujud korupsi," ujar Budi Waseso atau yang biasa disapa Buwas.
Dia mencontohkan harga kedelai dari awalnya hanya Rp 7 ribu per kilogram, namun tiba di Indonesia dijual menjadi Rp 12 ribu per kilogram. Selisih Rp 5 ribu itu, kata dia, dibebankan ke konsumen. "Padahal yang menikmati oknum-oknum tertentu ini," kata dia.
Dia mengatakan Bulog tidak bisa melakukan impor kedelai, kecuali ada penugasan dari pemerintah. Namun kata dia, kalau ada kenaikan harga, Bulog yang disalahkan.
Sebenarnya, praktik seperti itu sudah Buwas sampaikan kepada Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi sebelumnya. "Padahal Pak Presiden, bilang pangkas birokrasi, tidak ada pungutan, pelayanan satu atap dan cepat, dan relatif murah. Tapi faktanya di lapangan yang melaksanakan tidak sesuai keinginan presiden," ujarnya.
<!--more-->
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Syailendra sebelumnya memperkirakan harga kedelai impor di tingkat perajin tahu dan tempe masih akan naik pada bulan Februari ini.
Dalam proyeksinya, harga kedelai impor di produk tahu dan tempe mencapai Rp 9.500 per kilogram pada bulan kedua di 2021 ini. Harga tersebut naik bila dibandingkan dengan rata-rata per Januari 2021 yang berkisar Rp 9.100 - 9.200 per kilogram.
Kenaikan harga kedelai di tingkat perajin ini, menurut Syailendra, bakal diikuti dengan penyesuaian harga tahu dan tempe di pasaran.
Harga wajar tahu yang sebelumnya di kisaran Rp 600 per potong akan naik di kisaran Rp 650 per potong. Sementara harga tempe yang semula Rp 15.000 bakal naik menjadi Rp 16.000 per kilogram.
Proyeksi itu didasarkan pada pertimbangan dampak harga kedelai dunia yang naik 30 persen mulai paruh kedua sampai akhir 2020. Saat itu, harga tahu dan tempe di pasar ikut meroket rata-rata 20 persen.
HENDARTYO HANGGI | ANTARA
Baca: Harga Kedelai Impor Naik, Kemendag: Harga Tempe Bisa Rp 16.000 per Kg