Banyak Negara Survive dari Utang Saat Ini, Mari Elka: Berapa Lama Bisa Bertahan?

Sabtu, 30 Januari 2021 17:45 WIB

Direktur Pelaksana Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan Bank Dunia, Mari Elka Pangestu, dalam acara Indonesia Millenial Summit di Jakarta, Jumat, 17 Januari 2020. Tempo/Fajar Pebrianto

TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Pelaksana Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan Bank Dunia Mari Elka Pangestu mengemukakan banyak negara bertahan dari krisis pandemi Covid-19 dengan cara menambah utang. Namun, menurut dia, utang tidak bisa terus-menerus dilakukan untuk menangani wabah karena akan menyebabkan debt crisis atau krisis utang.

“Berapa lama utang itu bisa dipertahankan baik di negara maupun perusahaan? Apakah akan terjadi masalah?” kata Mari dalam diskusi bersama Ikatan Alumni Universitas Indonesia atau ILUNI UI, Sabtu, 30 Januari 2021.

Mari menuturkan beberapa negara telah menunjukkan indikasi debt crisis dan mengalami masalah di sektor finansial akibat pandemi. Kondisi ini terjadi karena negara harus memberikan stimulus bagi sektor-sektor yang terdampak dan menjaga konsumsi masyarakat sehingga defisit anggaran perlu diperlebar. Di saat yang sama, bank sentral didorong membeli surat utang negara (SUN).

Adapun di Indonesia, Kementerian Keuangan mencatat posisi utang pemerintah hingga akhir Desember 2020 sebesar Rp 6.074,56 triliun. Rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto pun sebesar 38,68 persen.

Mari mengatakan pemerintah bisa mulai menekan defisit anggaran dengan mengurangi stimulus saat pemulihan ekonomi sudah berjalan. “Harapannya mulai recover pelan-pelan,” ujar Mari.

Advertising
Advertising

Meski demikian, pemulihan ekonomi menjadi pertanyaan besar di tengah tantangan yang masih dihadapi selama pandemi Covid-19. Dari sisi kesehatan, risiko adanya gelombang lanjutan penyebaran wabah terus terjadi, utamanya sejak varian-varian virus corona muncul baru-baru ini.

<!--more-->

Di samping itu, meski vaksin sudah ditemukan, banyak negara termasuk Indonesia akan menghadapi pelbagai persoalan dari sisi suplai dan distribusi. Negara-negara maju, misalnya, cenderung menahan distribusi vaksinnya ke negara lain untuk memenuhi kebutuhan negaranya lebih dulu.

Selanjutnya dari sisi permodalan, Mari mengungkapkan tren iklim investasi terus menunjukkan pelemahan sejak krisis finansial global terjadi. “Sebelum pandemi sudah kelihatan shortfall di investment. Sejak global financial crisis, investasi never recover,” katanya.

Menurut data Bank Dunia, pertumbuhan investasi per kapita di pasar dan ekonomi negara berkembang (EMDE) serta negara maju dalam lima tahun tidak pernah melebihi 4 persen. Kontribusinya terhadap PDB per kapita pun tidak pernah mencapai 4 persen.

Karena itu, untuk mempercepat pemulihan ekonomi, Mari berujar negara perlu melakukan beberapa langkah. “Kita harus tetap menangani pandemi dan mengantisipasi the next pandemi dan the next shock, dan gimana kita menangani vaksin dari masalah global dengan kompleksitasnya,” ujar Mari.

Selanjutnya, negara tetap harus melindungi kelompok miskin dan tidak berdaya melalui stimulus bantuan langsung tunai atau BLT serta melakukan rescue atau antisipasi terhadap perusahaan maupun perbankan. “Perlu asistensi kepada perusahaan atau perbankan tapi bulan me-rescue yang zombie,” katanya.

Kemudian, ia memandang perlunya dorongan agregat permintaan agar konsumsi tetap terjaga dan memperbaiki struktur finansial supaya investasi masuk. Mari mengatakan kebijakan anyar yang tertuang dalam Omnibus Law harus bisa menarik investor masuk ke Indonesia.

“Selanjutnya bagaimana kita lakukan kerja sama global terkait perdagangan, finance, dan lain-lain serta mengatasi dampak perubahan iklim,” tuturnya.

BACA: Pandemi, Wamenkeu: Negara-negara Berlomba Amankan Diri dengan Menarik Utang

FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Berita terkait

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

57 menit lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

1 hari lalu

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sedang menjadi sorotan publik karena sejumlah kasus dan disebut tukang palak. Berapa pendapatan pegawai Bea Cukai?

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

4 hari lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

6 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

6 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

7 hari lalu

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

Direktur Ideas menanggapi rencana Presiden Jokowi membahas program yang diusung Prabowo-Gibran dalam RAPBN 2025.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

7 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

7 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

7 hari lalu

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

Pemerintah meraup Rp 5,925 triliun dari pelelangan tujuh seri SBSN tambahan.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

8 hari lalu

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.

Baca Selengkapnya