Nestapa Nelayan Kala Pandemi: Harga Ikan Anjlok hingga Ruang Hidup Dirampas
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 28 Januari 2021 21:48 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Para nelayan di awal masa pandemi Covid-19 sangat terpukul, di antaranya karena harga ikan yang anjlok.
"Hal itu membuat nilai tukar nelayan turun dari Februari hingga terendah April 2020," kata Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Syarief Widjaja dalam diskusi yang digelar Tempo secara virtual, Kamis, 28 Januari 2021.
Baru pada Juni tahun lalu, harga ikan kembali naik. Syarief lalu mengutip data Badan Pusat Statistik yang menyebutkan nilai tukar petani pada Januari sebesar 101 persen, turun jadi 98,4 persen pada April dan kembali naik jadi 102 pada Desember 2020.
"Mei penjualan online mulai jalan penjual kecil tumbuh pesat. Sedangkan pembudidaya masih belum, produksi masih turun," ujar Syarief.
Dia menilai saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk nelayan. Pasalnya, di saat semua pihak menahan konsumsi, produk-produk perikanan justru laku. Ekspor produk perikanan naik dan pertumbuhan ekonomi sektor perikanan 5,78 persen.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan atau Kiara, Susan Herawati mengatakan tak sedikit nelayan di masa Covid-19 yang masih mencoba untuk bertahan hidup hingga kini. "Mereka juga merasakan ancaman selain Covid-19, yaitu perampasan ruang hidup," kata Susan.
<!--more-->
Perampasan ruang hidup itu di antaranya karena luas area tangkapan ikan yang mengecil dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh makin ekspansifnya reklamasi dan eksplorasi tambang di laut.
Lebih jauh Susan menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 telah membuat nelayan tidak bisa menjual ikan dari Februari hingga Juni 2020. Ikan-ikan yang ditangkap tidak bisa dijual, karena harga terjun bebas.
Selain itu, bantuan yang diterima para nelayan pun dirasa kurang cukup. Mereka juga sering mengeluhkan kekurangan suplai bahan bakar minyak. "Selain itu, terbit beberapa kebijakan yang malah memberikan karpet merah kepada investasi," ujarnya.
Sementara itu, salah satu nelayan di Banda Aceh, Rizal, mengatakan di masa Covid-19 banyak nelayan mengurangi penangkapan ikan. Selain harga ikan tidak stabil, mereka yang melalui di batas zona ekonomi eksklusif(ZEE) sering diintimidasi oleh negara-negara tetangga seperti di wilayah Nikobar.
"Mereka menggunakan drone untuk menakuti nelayan kita agar tidak mendekati ZEE, mereka sering kabur saat ada drone, padahal masih di wilayah Indonesia," ujar Rizal.
Mengenai hal ini, pengamat perikanan Universitas Sam Ratulangi, Rignolda Djamaluddin mengatakan saat ini nelayan paling besar masuk dalam kategori orang miskin di Indonesia. Hal ini dipicu salah satunya karena respons kebijakan yang masih kurang tepat. "Sangat miris persoalan kesejahteraan nelayan di Indonesia."
Baca: Tolak Penggunaan Cantrang, Kiara: Nelayan Tradisional Menjerit