HIPMI: UU Cipta Kerja Jadi Kunci Serap Bonus Demografi pada 2035

Reporter

Antara

Kamis, 7 Januari 2021 13:45 WIB

Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) Mardani H Maming. ANTARA/HO-Humas Hipmi

TEMPO.CO, Jakarta -Himpunan Pengusaha Muda Indonesia atau HIPMI menyebutkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja akan menjadi kunci untuk menyerap bonus demografi melalui penciptaan lapangan kerja seluas-luasnya.

"Kita tidak bisa menampik bahwa pada tahun 2035, Indonesia akan menuju pada puncak bonus demografi. Dimana pada tahun tersebut, 70 persen penduduk Indonesia atau sekitar 148,5 juta merupakan pemuda usia produktif yang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian bangsa," ujar Ketua Umum Badan Pengurus Pusat atau BPP HIPMI Mardani H Maming dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis, 7 Januari 2021.

Baca Juga: Akademisi Sebut Sisi Positif UU Cipta Kerja di Masa Pandemi Covid-19

Menurut dia, UU Cipta Kerja merupakan komitmen dan kebijakan pemerintah yang harus didukung dan diimplementasikan dengan baik. Sebab, selain memperbaiki iklim investasi, regulasi ini juga memberikan dukungan untuk memajukan usaha mikro, kecil dan menengah dan menciptakan lapangan pekerjaan.

Pada puncak bonus demografi di Indonesia, sektor swasta akan memiliki peran vital menyerap tenaga kerja lokal yang jumlahnya mencapai ratusan juta orang. Dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup maka mereka akan menjadi mesin pertumbuhan. Mereka akan mampu menggerakkan perekonomian melalui konsumsi rumah tangga.

Mardani mengatakan bonus demografi seperti layaknya pedang bermata dua. Bila tidak dipersiapkan lapangan pekerjaan, justru akan berdampak buruk di masa depan.

"Bonus demografi ini seperti pisau bermata dua, kalau tidak hati-hati ini akan membawa malapetaka, sehingga usia-usia produktif ini harus kita siapkan dengan baik," ujarnya.

Salah satu upayanya, lanjut dia, melalui penerapan UU Cipta Kerja untuk menyiapkan lapangan kerja secara lebih luas jelang bonus demografi pada 2035. Kalau tidak mampu mengelola perizinan berusaha mulai dari sekarang, malah demografi justru akan jadi masalah. Akibatnya jadi beban ekonomi dan berdampak sosial juga politik.

Saat ini, negara membutuhkan investasi sektor swasta yang cukup besar untuk menciptakan lapangan kerja. Bila investasi tidak masuk ke Indonesia, bayang-bayang pengangguran dari angkatan kerja terdidik ada di depan mata.

"Bonus demografi ini tentu bisa menjadi bonus bagi perekonomian. Namun, ini bisa juga menjadi bencana bila tidak ada lapangan kerja bagi angkatan kerja terdidik," katanya.

Berita terkait

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

23 jam lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

8 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Meski Harta Kekayaan Turun Rp 3 Triliun, Sandiaga Uno Tetap Jadi Pejabat Terkaya Nomor Dua

23 hari lalu

Meski Harta Kekayaan Turun Rp 3 Triliun, Sandiaga Uno Tetap Jadi Pejabat Terkaya Nomor Dua

Sandiaga Uno telah melakukan pelaporan LHKPN untuk periodik 2023, ia tercatat pejabat terkaya nomor dua meski harta kekayaannya turun Rp 3 triliun.

Baca Selengkapnya

Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

32 hari lalu

Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan alasan pemerintah memutihkan lahan sawit ilegal di kawasan hutan.

Baca Selengkapnya

365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

32 hari lalu

365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

Ratusan perusahaan pemilik lahan sawit ilegal di kawasan hutan mengajukan pemutihan.

Baca Selengkapnya

PPP Tak Lolos ke Senayan, Kilas Balik Alasan Sandiaga Uno Gabung ke PPP Menjelang Pemilu 2024

38 hari lalu

PPP Tak Lolos ke Senayan, Kilas Balik Alasan Sandiaga Uno Gabung ke PPP Menjelang Pemilu 2024

Sandiaga Uno resmi berlabuh di PPP setelah hengkang pada Rabu, 14 Juni 2023, menjelang Pemilu 2024. PPP pertama kali tidak masuk ke senayan.

Baca Selengkapnya

Aksi Sejagad Matinya Demokrasi Era Jokowi di Yogyakarta: Pemilu Terburuk Sepanjang Sejarah Indonesia

44 hari lalu

Aksi Sejagad Matinya Demokrasi Era Jokowi di Yogyakarta: Pemilu Terburuk Sepanjang Sejarah Indonesia

Aksi Sejagad: 30 Hari Matinya Demokrasi di Era Kepemimpinan Jokowi di Yogyakarta sebut Pemilu 2024 sebagai pemilu terburuk sepanjang sejarah Indonesia

Baca Selengkapnya

Kian Lebar Peluang Jokowi Gabung Golkar, Ridwan Hisyam: Sudah Dari Dulu

48 hari lalu

Kian Lebar Peluang Jokowi Gabung Golkar, Ridwan Hisyam: Sudah Dari Dulu

Ridwan mengatakan, secara pribadi, Jokowi sebetulnya sudah menjadi bagian dari Golkar lebih dari dua dekade silam.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Indonesia Berpotensi Jadi Negara Maju dalam 3 Periode Kepemimpinan Nasional

58 hari lalu

Jokowi Sebut Indonesia Berpotensi Jadi Negara Maju dalam 3 Periode Kepemimpinan Nasional

Bila tak dimanfaatkan dengan baik, Jokowi menilai Indonesia bisa masuk jebakan pendapatan kelas menengah.

Baca Selengkapnya

Pembebasan Pajak Impor, Pengusaha: Harga Kendaraan Listrik akan Turun

26 Februari 2024

Pembebasan Pajak Impor, Pengusaha: Harga Kendaraan Listrik akan Turun

Pengusaha yakin pembebasan pajak impor akan mempercepat perpindahan pengguna kendaraan BBM ke kendaraan listrik. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya