Mengapa Menanam Kedelai Kurang Menarik Bagi Petani RI?
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Kodrat Setiawan
Rabu, 6 Januari 2021 12:26 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Serikat Petani Indonesia menyebut kurangnya ketersediaan dan luas tanah menjadi salah satu kendala dalam peningkatan produksi kacang kedelai di dalam negeri.
Ketua Umum Serikat Petani Indonesia Henry Saragih mengatakan Kementerian Pertanian sempat menginisiasi program peningkatan produksi kedelai dalam negeri melalui proyek pajale (padi, jagung, dan kedelai) pada era Menteri Amran Sulaiman.
Namun, proyek ini gagal memenuhi target yang direncanakan. Kementerian Pertanian sempat menargetkan produksi kedelai pada 2019 bisa mencapai 2,8 juta ton untuk memenuhi kebutuhan yang diperkirakan mencapai 4,4 juta ton. Namun hingga Oktober 2019 hanya tercapai 480 ribu ton atau 16,4 persen dari target.
"Pada 2018 juga sama, dari target 2,2 juta ton produksi kedelai, hanya terealisasi 982.598 ton," ujar Henry dalam keterangan tertulis, Selasa, 5 Januari 2021.
Henry mengatakan permasalahannya bukan karena petani tidak bisa meningkatkan produksi, tetapi lantaran faktor ketersediaan dan luas tanah yang kurang. Karena itu ia mendorong program reforma agraria dipercepat untuk bisa memperluas lahan untuk tanaman kedelai dan pangan lainnya.
Program pajale, kata Henry, selama ini direncanakan dengan menanam di tanah yang sama. Namun, petani tidak mau menanam padi bersama dengan jagung atau kedelai.
<!--more-->
"Petani pilih padi dan jagung saja, lebih mudah tanam padi diselingi dengan jagung, daripada padi dengan kedelai, walau tanah lebih subur. Karena kedelai itu punya unsur N. Beda dengan di Latin Amerika, mereka tanam jagung dan kedelai saja," ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua Pusat Perbenihan Nasional (P2N) SPI, Kusnan. ia mengatakan kedelai menjadi salah satu komoditas yang tidak menarik bagi petani sekarang ini.
"Sudah produksinya sedikit, harganya murah lagi, dulu harga kedelai 1,5 kali harga beras. Sekarang, siapa yang mau tanam kedelai kalau cuma dihargai Rp 6.000 atau setengah dari harga beras? Ya jelas kedelai kalah dengan komoditas lain seperti padi, jagung, maupun hortikultura lainnya seperti kangkung, dan kacang hijau," ujarnya
Di samping itu, ia mengatakan, kedelai adalah tanaman sub tropis. "Jadi di sini produktivitasnya di bawah sub tropis. Meskipun demikian produktivitasnya masih bisa ditingkatkan; baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi," terangnya.
Kusnan menyebut persoalan dalam peningkatan produksi adalah sistem budidaya kedelai masih dilihat sebelah mata oleh pemegang kebijakan. Contohnya, untuk benih masih belum ada identifikasi varietas mana yang unggul, serta standar SOP dalam budidaya. "Selain itudaerah mana yang berpotensi juga belum terpetakan secara maksimal, belum juga harga, dan lainnya."
Dulu, kata Kusnan, sempat ada ada varietas kedelai gepak ijo, gepak kuning, dan galunggung. Namun kedelai ini sudah tidak diminati oleh petani karena bijinya kecil dan bisa merambat namun bisa ditumpangi dengan tanaman jagung. Kemudian, ada varietas kedelai wilis yang bijinya besar dan kedelai grobogan yang diminati petani namun produksinya masih di bawah empat ton per hektare.
<!--more-->
Terkait persoalan produktivitas kedelai dalam negeri, Kusnan menyarankan pemerintah menggali potensi lahan kedelai di luar Jawa dalam skala kawasan. Sebab, saat ini Pulau Jawa sudah penuh dengan aneka ragam tanaman pertanian. Luas lahan pun semakin berkurang dengan dalih alih fungsi lahan pertanian ke industri.
Dalam lain kesempatan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyiapkan rencana untuk menekan kenaikan harga kedelai yang melambung tinggi. Syahrul mengumpulkan unit-unit kerja kementerian lain dan pemerintah daerah untuk mempersiapkan ketersediaan kedelai nasional secara lebih cepat.
"Tentu dengan langkah cepat kementan hari ini besama integrator dan berbagai pengembang kedelai, kami coba lipat gandakan kekuatan yang ada," kata Syarul, usai rapat di Kementerian Pertanian, Senin, 4 Januari 2020. "Yang paling penting ketersediannya, bukan cuman harga."
Namun, ia tidak membeberkan lebih lanjut mengenai langkah konkret percepatan persediaan itu. Menurutnya, kepastian produksi kedelai nasional harus menjadi jawaban dari kebutuhan yang ada.
CAESAR AKBAR | HENDARTYO HANGGI
Baca juga: Harga Kedelai Bikin Perajin Tahu Mogok, Kemendag Akan Tinjau Aturan Harga Acuan