Mengapa Menanam Kedelai Kurang Menarik Bagi Petani RI?

Reporter

Caesar Akbar

Rabu, 6 Januari 2021 12:26 WIB

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, bersama Gurbenur Sulawesi Barat, Ali Baal Masdar, didampingi Bupati Polewali Mandar, Andi Ibrahim Masdar, melaksanakan panen komoditas kedelai di Desa Bumiayu, Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Rabu (04/11).

TEMPO.CO, Jakarta - Serikat Petani Indonesia menyebut kurangnya ketersediaan dan luas tanah menjadi salah satu kendala dalam peningkatan produksi kacang kedelai di dalam negeri.

Ketua Umum Serikat Petani Indonesia Henry Saragih mengatakan Kementerian Pertanian sempat menginisiasi program peningkatan produksi kedelai dalam negeri melalui proyek pajale (padi, jagung, dan kedelai) pada era Menteri Amran Sulaiman.

Namun, proyek ini gagal memenuhi target yang direncanakan. Kementerian Pertanian sempat menargetkan produksi kedelai pada 2019 bisa mencapai 2,8 juta ton untuk memenuhi kebutuhan yang diperkirakan mencapai 4,4 juta ton. Namun hingga Oktober 2019 hanya tercapai 480 ribu ton atau 16,4 persen dari target.

"Pada 2018 juga sama, dari target 2,2 juta ton produksi kedelai, hanya terealisasi 982.598 ton," ujar Henry dalam keterangan tertulis, Selasa, 5 Januari 2021.

Henry mengatakan permasalahannya bukan karena petani tidak bisa meningkatkan produksi, tetapi lantaran faktor ketersediaan dan luas tanah yang kurang. Karena itu ia mendorong program reforma agraria dipercepat untuk bisa memperluas lahan untuk tanaman kedelai dan pangan lainnya.

Program pajale, kata Henry, selama ini direncanakan dengan menanam di tanah yang sama. Namun, petani tidak mau menanam padi bersama dengan jagung atau kedelai.
<!--more-->
"Petani pilih padi dan jagung saja, lebih mudah tanam padi diselingi dengan jagung, daripada padi dengan kedelai, walau tanah lebih subur. Karena kedelai itu punya unsur N. Beda dengan di Latin Amerika, mereka tanam jagung dan kedelai saja," ujarnya.

Hal senada disampaikan Ketua Pusat Perbenihan Nasional (P2N) SPI, Kusnan. ia mengatakan kedelai menjadi salah satu komoditas yang tidak menarik bagi petani sekarang ini.

"Sudah produksinya sedikit, harganya murah lagi, dulu harga kedelai 1,5 kali harga beras. Sekarang, siapa yang mau tanam kedelai kalau cuma dihargai Rp 6.000 atau setengah dari harga beras? Ya jelas kedelai kalah dengan komoditas lain seperti padi, jagung, maupun hortikultura lainnya seperti kangkung, dan kacang hijau," ujarnya

Di samping itu, ia mengatakan, kedelai adalah tanaman sub tropis. "Jadi di sini produktivitasnya di bawah sub tropis. Meskipun demikian produktivitasnya masih bisa ditingkatkan; baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi," terangnya.

Kusnan menyebut persoalan dalam peningkatan produksi adalah sistem budidaya kedelai masih dilihat sebelah mata oleh pemegang kebijakan. Contohnya, untuk benih masih belum ada identifikasi varietas mana yang unggul, serta standar SOP dalam budidaya. "Selain itudaerah mana yang berpotensi juga belum terpetakan secara maksimal, belum juga harga, dan lainnya."

Dulu, kata Kusnan, sempat ada ada varietas kedelai gepak ijo, gepak kuning, dan galunggung. Namun kedelai ini sudah tidak diminati oleh petani karena bijinya kecil dan bisa merambat namun bisa ditumpangi dengan tanaman jagung. Kemudian, ada varietas kedelai wilis yang bijinya besar dan kedelai grobogan yang diminati petani namun produksinya masih di bawah empat ton per hektare.
<!--more-->
Terkait persoalan produktivitas kedelai dalam negeri, Kusnan menyarankan pemerintah menggali potensi lahan kedelai di luar Jawa dalam skala kawasan. Sebab, saat ini Pulau Jawa sudah penuh dengan aneka ragam tanaman pertanian. Luas lahan pun semakin berkurang dengan dalih alih fungsi lahan pertanian ke industri.

Advertising
Advertising

Dalam lain kesempatan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyiapkan rencana untuk menekan kenaikan harga kedelai yang melambung tinggi. Syahrul mengumpulkan unit-unit kerja kementerian lain dan pemerintah daerah untuk mempersiapkan ketersediaan kedelai nasional secara lebih cepat.

"Tentu dengan langkah cepat kementan hari ini besama integrator dan berbagai pengembang kedelai, kami coba lipat gandakan kekuatan yang ada," kata Syarul, usai rapat di Kementerian Pertanian, Senin, 4 Januari 2020. "Yang paling penting ketersediannya, bukan cuman harga."

Namun, ia tidak membeberkan lebih lanjut mengenai langkah konkret percepatan persediaan itu. Menurutnya, kepastian produksi kedelai nasional harus menjadi jawaban dari kebutuhan yang ada.

CAESAR AKBAR | HENDARTYO HANGGI

Baca juga: Harga Kedelai Bikin Perajin Tahu Mogok, Kemendag Akan Tinjau Aturan Harga Acuan

Berita terkait

KPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?

2 hari lalu

KPK Bilang Kasus SYL Berpotensi Meluas ke TPPU, Apa Alasannya?

Menurut KPK, keluarga SYL dapat dijerat dengan hukuman TPPU pasif jika dengan sengaja turut menikmati uang hasil kejahatan.

Baca Selengkapnya

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

2 hari lalu

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan penyebab masih tingginya harga beras meskipun harga gabah di petani murah.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

3 hari lalu

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

Bantuan Jepang ini ditujukan untuk meningkatkan kehidupan petani skala kecil dan usaha perikanan di Papua

Baca Selengkapnya

Harga Jagung Anjlok karena Panen Raya, Jokowi: Kurang Baik untuk Petani

3 hari lalu

Harga Jagung Anjlok karena Panen Raya, Jokowi: Kurang Baik untuk Petani

Jokowi mengatakan panen raya jagung terjadi mulai dari Sumbawa Barat, Dompu, hingga Gorontalo.

Baca Selengkapnya

Uang Korupsi Syahrul Yasin Limpo Mengalir ke Mana? Antara lain Biaya Khitan, Buat Kafe, dan Skincare untuk Cucunya

4 hari lalu

Uang Korupsi Syahrul Yasin Limpo Mengalir ke Mana? Antara lain Biaya Khitan, Buat Kafe, dan Skincare untuk Cucunya

Penggunaan uang korupsi Syahrul Yasin Limpo (SYL) terungkap di pengadilan. Mayoritas digunakan untuk kepentingan keluarga. Apa saja?

Baca Selengkapnya

PLN Nyalakan Listrik Sektor Agrikultur Kabupaten Sragen, Sasar 499 Petani

5 hari lalu

PLN Nyalakan Listrik Sektor Agrikultur Kabupaten Sragen, Sasar 499 Petani

PLN Unit Induk Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menyalakan listrik di sektor agrikultur wilayah Kabupaten Sragen.

Baca Selengkapnya

Uang Kementan untuk Keluarga Syahrul Yasin Limpo: dari Tagihan Parfum, Skincare, Kafe, hingga Sunatan

5 hari lalu

Uang Kementan untuk Keluarga Syahrul Yasin Limpo: dari Tagihan Parfum, Skincare, Kafe, hingga Sunatan

Dalam sidang terungkap bekas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo alias SYL acapkali menggunakan uang Kementan untuk keperluan pribadi.

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

9 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

Mahkamah Agung Bebaskan Dua Petani Desa Pakel Banyuwangi, Permohonan Kasasi Dikabulkan

10 hari lalu

Mahkamah Agung Bebaskan Dua Petani Desa Pakel Banyuwangi, Permohonan Kasasi Dikabulkan

Tim advokasi akan menunggu pemberitahuan resmi dari MA untuk mengeluarkan dua petani Desa Pakel yang permohonan kasasinya dikabulkan.

Baca Selengkapnya

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

14 hari lalu

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

PT Pupuk Indonesia mengumumkan pupuk subsidi sudah bisa ditebus di kios pupuk lengkap resmi wilayah masing-masing.

Baca Selengkapnya