IHSG di Zona Merah pada awal Perdagangan, Melemah 0,34 Persen
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 5 Januari 2021 10:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG berada di zona merah pada awal perdagangan di Bursa Efek Indonesia atau BEI, Selasa, 5 Januari 2021.
Melansir data RTI, pada pukul 09.04 WIB, IHSG berada pada level 6.084,2 atau turun 20,6 poin (0,34 persen) dibanding penutupan sebelumnya di level 6.104,8.
Sebanyak 105 saham melaju di zona hijau dan 179 saham di zona merah. Sedangkan 181 saham lainnya stagnan.
Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan pergerakan IHSG terlihat sedang berusaha keluar dari rentang konsolidasi wajar. Bila IHSG dapat menggeser rentang konsolidasinya ke arah yang lebih baik, menurut dia, peluang kenaikan jangka pendek masih terbuka.
"Hari ini peluang kenaikan masih terlihat dalam pergerakan IHSG hal ini juga ditopang oleh kuatnya fundamental perekonomian Indonesia yang terlihat dari data perekonomian yang telah terlansir," kata William dalam keterangan tertulis. Ia memperkirakan IHSG bakal bergerak pada kisaran 5.921 hingga 6.123 pada hari ini.
Nilai tukar rupiah juga melemah di awal perdagangan hari ini. Data Bloomberg nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau melemah 10 poin atau 0,07 persen ke level Rp 13.905 per dolar AS pada pukul 09.03 WIB, setelah dibuka terdepresiasi tipis ke level Rp 13.900 per dolar AS.
Adapun indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya terpantau melemah 0,025 poin atau 0,03 persen ke level 89,844 pada pukul 08.54 WIB.
<!--more-->
Kemarin, kurs rupiah ditutup menguat 155 poin atau 1,1 persen ke level Rp 13.895 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terkoreksi 0,36 persen menjadi 89,612. Penguatan rupiah pun menjadi yang tertinggi di antara mata uang Asia lainnya.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan salah satu faktor penopang penguatan rupiah adalah inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi sebesar 1,68 persen sepanjang tahun lalu. "Ini menandakan hal yang positif karena konsumsi masyarakat sudah kembali menggeliat," katanya.
Selain itu, kabar distribusi vaksin virus corona yang telah menjangkau 34 provinsi juga ikut menopang pergerakan rupiah. Meski masih di fokuskan ke Instansi-instansi tertentu, hal ini menunjukkan upaya pemerintah untuk menanggulangi pandemi sudah cukup membawa pelaku pasar kembali masuk ke pasar finansial dalam negeri.
Sementara itu, dari luar negeri, ekspektasi suku bunga AS yang akan tetap rendah dan harapan pemulihan ekonomi global turut membantu kenaikan rupiah. Hal tersebut kemungkinan akan terus melemahkan nilai dolar AS terhadap mata uang utama lainnya.
Pelaku pasar juga tengah menanti hasil risalah pertemuan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) pada hari Rabu. Investor akan mencari detail lebih lanjut tentang diskusi tentang membuat panduan kebijakan ke depan mereka lebih eksplisit dan peluang peningkatan lebih lanjut dalam pembelian aset di tahun 2021. Ibrahim memprediksi rupiah akan bergerak di level Rp 13.850 hingga Rp 14.900 per dolar AS.
HENDARTYO HANGGI | BISNIS
Baca: IHSG Diprediksi Sentuh Level 7.000 di 2021