Dampak Pandemi, Pertumbuhan Investor Baru di Kawasan Industri Melambat
Reporter
Yohanes Paskalis
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Jumat, 11 Desember 2020 04:29 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Investasi dari calon pemodal asing diperkirakan masih akan lesu hingga penghujung tahun ini. Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI), Sanny Iskandar, mengatakan pemerintah masih akan kesulitan merangsang masuknya pemodal asing karena krisis ekonomi selama pandemi Covid-19.
“Mau yang relokasi ataupun investasi baru, masih lamban karena pemodal sampai sekarang cenderung wait and see,” ucapnya kepada Tempo, Kamis 10 Desember 2020.
Pada paruh pertama tahun ini, kata dia, terdapat 51 investor baru yang masuk ke 19 kawasan industri di seluruh penjuru Indonesia. Meski lebih dari separuhnya merupakan investasi asing, realisasi semester pertama itu masih jauh dari capaian 2019, saat pemerintah bisa menarik 124 investor ke 23 kawasan industri. “Sampai tutup 2020, sepertinya mengejar 100 investor pun tak sampai,” katanya.
Sanny yang juga Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Pengembangan Kawasan Ekonomi menyarankan regulator berfokus menyiapkan fasilitas kawasan, sambil menunggu minat investasi naik lagi.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pun didesak memperkuat promosi area industri baru di luar Pulau Jawa. Saat ini, dia menilai tawaran masih terpaku pada Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah.
Staf Ahli Bidang Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal BKPM, Heldy Satrya Putera, sebelumnya mengungkapkan pandemi Covid-19 menghajar arus penanaman modal asing hingga anjlok 30-40 persen secara global.
<!--more-->
Realisasi penanaman modal asing Indonesia di triwulan 3 tercatat tumbuh tipis 1,1 persen secara tahunan, dimana realisasinya telah mencapai Rp 301,7 triliun.
Meski begitu, hingga kini BKPM masih terus menjajaki ratusan peluang penanaman modal dari 152 perusahaan asing dan domestik, sudah mencakup perusahaan asing yang akan merelokasi pabrik ke Indonesia, serta entitas sudah dilobi sejak akhir 2019. Pada Oktober lalu.
Pelaksana Tugas Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal BKPM, Nurul Ichwan, mengatakan lembaganya sudah mengantongi komitmen kepastian relokasi pabrik dari 13 entitas multinasional.
“Mayoritas mereka dari sektor manufaktur,” kata dia. Baik Nurul maupun jajaran BKPM belum merespons lagi telepon dan pesan pendek Tempo terkait kelanjutan penjajakan tersebut.
Baru tujuh perusahaan asing yang dipublikasi sebagai pembawa modal jumbo baru di Indonesia. Peluang investasi dari ketujuhnya mencapai US$ 850 juta. Nurul belum ingin membeberkan identitas enam perusahaan lain dan menunggu publik menunggu hingga ujung negosiasi.
Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Dody Widodo, mengatakan lembaganya menggenjot kemudahan pengembangan fasilitas kawasan industri.
<!--more-->
Kawasan Batang yang dipromosikan ke pemodal asing, misalnya, bisa lebih cepat didandani setelah resmi masuk daftar program strategis nasional, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020. Baru 450 hektare dari total lahan seluas 4.300 hektare di sana yang akan menampung relokasi pabrik.
“Infrastruktur diharapkan selesai pertengahan 2021,” kata dia.
Status PSN, kata dia, membuat pengembang KIT Batang bisa lebih cepat mengurus izin lokasi, izin lingkungan, dan izin usaha, agar rampung sebelum akhir 2020. Adapun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat kebagian menggarap jalan poros, drainase, pematangan lahan, kantor pengelola, air baku, dan kebutuhan penunjang lainnya.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia, Shinta Kamdani, memproyeksikan kinerja investasi global bisa membaik tahun depan, khususnya di negara kawasan Asia Timur dan Pasifik. “Tapi proyeksi ini disertai catatan besar yaitu perkembangan pengendalian pandemi.”
Baca: Strategi Kemenperin Agar Industri Halal RI Bersaing di Pasar Internasional
GHOIDA RAHMAH | YOHANES PASKALIS