Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance atau Indef Tauhid Ahmad memberikan pandangan ihwal kartuprakerja Jokowi di kantor Indef, Pasar Minggu, Jakarta, Senin, 19 Agustus 2019. TEMPO/Francisca Christy Rosana
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Tauhid Ahmad memperkirakan pertumbuhan ekonomi di 2020 sekitar minus 1,35 persen dan di 2021 sebesar 3 persen.
"Faktor utamanya karena Covid-19. Ini menahan belanja kelas menengah. Karena Covid menghantui kelas menengah untuk melakukan konsumsi," kata Tauhid dalam diskusi virtual, Senin, 23 November 2020.
Padahal konsumsi berkontribusi 56-57 persen terhadap Produk Domestik Bruto.
Laju kreditperbankan, kata dia, diprediksi hanya 5 hingga 6 persen. Padahal, dalam kondisi normal pertumbuhan itu mencapai 9 hingga 11 persen.
"Kredit itu kan ibarat darah. Kalau misalnya kita untuk bergerak lari, tapi darahnya masih terbatas atau separuh dari kapasitas normal, artinya permintaan belum normal," ujarnya.
Di tengah proses pertumbuhan ekonomi yang masih tertahan, dia menilai wajar kalau beberapa hari lalu Bank Indonesia menurunkan suku bunga jadi 3,75 persen. Hal itu, kata dia, untuk mengantisipasi penurunan laju rate perbankan. <!--more--> Menurut Tauhid, ketersediaan vaksin yang masih cukup terbatas juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun depan. Pada semester II 2021, vaksin baru berjalan dan dengan perkiraan distribusi terbatas.
"Jadi dengan asumsi ini jadi terhambat proses pemulihan ekonomi karena aktifitas fisik sangat terganggu, baik untuk perdagangan, sektor produksi, termasuk pada sektor jasa yaitu pariwisata," kata dia.
Pemerintah tetap berkeyakinan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5 persen pada 2021. Angka ini sesuai dengan asumsi pertumbuhan ekonomi yang sudah dipatok pada APBN 2021.