Joe Biden Menang Pemilu AS, Bagaimana Nasib Rupiah terhadap Dolar Amerika?

Reporter

Caesar Akbar

Minggu, 8 November 2020 16:06 WIB

Aktivitas pelayanan penukaran mata uang asing di kawasan Kwitang, Jakarta, Selasa, 4 Agustus 2020. Di Asia, rupiah menguat bersama sejumlah mata uang lain. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah bisa menguat hingga ke Rp 13.800 per dolar Amerika Serikat pada pekan depan. Ia menyebut penguatan tersebut sangat mungkin terjadi mengingat pada akhir perdagangan pekan ini atau pada waktu sebelum Joe Biden menang Pemilu AS, rupiah sudah menginjak level Rp 14.210 per dolar AS.

"Ada kemungkinan besar bahwa pekan depan, di hari Kamis atau Jumat, rupiah akan menembus Rp 13.800," ujar Ibrahim kepada Tempo, Ahad, 8 November 2020. Ia mengatakan penguatan tersebut bakal didorong sejumlah sentimen, salah satunya hasil pemilihan umum Amerika Serikat.

Menurut Ibrahim, hasil perhitungan suara yang membuat Joe Biden menang Pemilu AS atas inkumben Donald Trump membuat harapan masyarakat menjadi kenyataan. Meskipun Trump mengatakan masih akan menggugat hasil pemilu tersebut, ia menyakini kondisi tidak akan berubah. Kemenangan Joe Biden dinilai menjadi sentimen positif bagi pasar.

Ibrahim berujar peluang Joe Biden membekukan perang dagang antara AS dengan Cina dan Uni Eropa menjadi harapan tersendiri bagi pelaku pasar. Sebab, menurut dia, perang dagang tak hanya merugikan dua negara, melainkan seluruh dunia.

"Peluang ini lah yang direspon positif oleh pasar, sehingga akan banyak dana asing ke Indonesia. Masuknya dana asing ke Indonesia akan menguatkan rupiah," tutur Ibrahim.

Advertising
Advertising

Kondisi itu juga akan diperkuat oleh kuatnya fundamental ekonomi Indonesia. Meskipun Badan Pusat Statistik telah mengumumkan terjadinya kontraksi ekonomi 3,49 persen pada kuartal III yang menandakan Indonesia masuk ke resesi, pelaku pasar dan pemerintah dinilai sudah mengantisipasinya. Sehingga, pengumuman tersebut tak lagi berdampak signifikan.

"Lalu trade balance dan investasi mulai terlihat menggeliat, sehingga bisa saja Q4 infrastruktur sudah berjalan kembali, sehingga konsumsi berjalan kembali," ujar Ibrahim. Nantinya, kalau konsumsi masyarakat dan investasi berjalan baik, maka perekonomian pun akan bergerak positif.

Faktor lainnya, menurut Ibrahim, adalah adanya peluang Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Desember mendatang. Penurunan suku bunga acuan diperkirakan akan menyokong penguatan rupiah.

"Jadi jangan heran kalau di pekan depan rupiah bisa di Rp 13.800 (terhadap dolar) dan di pekan ketiga Rp 13.500," ujar Ibrahim.

Senada dengan Ibrahim, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan kemenangan Joe Biden membawa potensi perang dagang AS dan Cina tidak menjadi lebih buruk. Bahkan, ada harapan perang dagang itu berhenti.

Dengan demikian, risiko pasar pun dinilai akan turun. Sejurus dengan itu, gejolak di pasar juga mereda. "Hal ini cenderung membuat mata uang dunia menguat terhadap USD termasuk Yuan, Euro, dan lainnya. Rupiah tidak tertinggal dan dalam beberapa hari mengalami penguatan signifikan. Ini juga mendorong dana masuk ke aset berisiko di emerging market," kata Hans.

Berita terkait

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

1 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

3 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

4 hari lalu

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

Awalil menilai pertemuan dan koordinasi antara Jokowi dan Prabowo memang diperlukan dan sangat penting dilakukan saat ini.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

4 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

4 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

4 hari lalu

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo membeberkan asumsi arah penurunan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR).

Baca Selengkapnya