Ini Prediksi Rupiah Pekan Depan di Tengah Penolakan UU Cipta Kerja

Reporter

Bisnis.com

Minggu, 18 Oktober 2020 17:09 WIB

Aktivitas pelayanan penukaran mata uang asing di kawasan Kwitang, Jakarta, Selasa, 4 Agustus 2020. Di Asia, rupiah menguat bersama sejumlah mata uang lain. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih berpotensi menguat pada pekan depan di tengah gelombang penolakan UU Cipta Kerja. Pada perdagangan Jumat, 16 Oktober 2020 rupiah ditutup di level Rp 14.698 per dolar AS.

Posisi itu melemah 8 poin atau 0,05 persen dari sesi sebelumnya. Kurs Jisdor melemah 6 poin dibandingkan dengan posisi Kamis, 15 Oktober 2020 di posisi Rp 14.760. Adapun, indeks dolar yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama harus terkoreksi 0,19 persen ke level 93,682.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan dari sisi eksternal pergerakan dolar AS yang memengaruhi rupiah dipicu oleh langkah Presiden AS Donald Trump yang pada Kamis menawarkan menaikkan nilai paket stimulus menjadi US$1,8 triliun. Namun, tawaran Trump ditolak oleh Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell yang khawatir Partai Republik tidak akan menyetujui kenaikan harga.

Menteri Keuangan Steven Mnuchin juga memberi tahu Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nancy Pelosi pada hari yang sama bahwa Trump secara pribadi akan melobi untuk meminta Senat Republik yang enggan berada di balik kesepakatan apa pun yang dicapai. "Namun, investor terus meragukan kesepakatan yang terwujud sebelum pemilihan presiden 3 November," ujar Ibrahim.

Dalam perdagangan akhir pekan ini, mata uang rupiah ditutup melemah. Dalam perdagangan minggu depan tepatnya, Senin, 19 Oktober 2020), rupiah kemungkinan akan dibuka melemah walaupun sesi akhirnya ditutup menguat sebesar 5-40 poin di level Rp 14.690 - Rp 14.730 per dolar AS.

Advertising
Advertising

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan demonstrasi menolak UU Cipta Kerja yang ricuh sempat memberikan sentimen negatif terhadap rupiah. Akan tetapi, apabila demo terkendali maka tidak berpengaruh negatif ke rupiah. “Pasar masih mewaspadai aksi demonstrasi yang masih berlangsung ini dan kelanjutan penolakan omnibus law,” ujarnya.

Dari sisi eksternal, lanjut Ariston, isu paket stimulus AS juga memberi tekanan dan sentimen positif ke rupiah sepanjang pekan ini. Pembicaraan sempat diharapkan akan menemui kesepakatan yang mendorong pelemahan dolar AS dan penguatan nilai tukar berisiko termasuk rupiah.

Sampai saat ini, dia menyebut pasar masih menunggu kelanjutan pembicaraan. Dolar AS bisa melemah dan memberi keuntungan untuk rupiah jika ada ekspektasi stimulus akan keluar sebelum pemilu. “Pekan depan dengan kedua isu di atas, rupiah mungkin masih akan bergerak di kisaran Rp 14.600-Rp 14.850,” tutur Ariston.

Baca juga: Omnibus Law UU Cipta Kerja Diprediksi Lahirkan 37 PP dan 5 Perpres

BISNIS.COM

Berita terkait

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

5 jam lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

21 jam lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

2 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

4 hari lalu

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

Awalil menilai pertemuan dan koordinasi antara Jokowi dan Prabowo memang diperlukan dan sangat penting dilakukan saat ini.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

4 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

4 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya