Kaji Pajak Mobil Baru Nol Persen, Sri Mulyani: Insentif Sudah Sangat Banyak
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 22 September 2020 18:13 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kementeriannya bakal mengkaji usulan dari Kementerian Perindustrian mengenai relaksasi pajak pembelian mobil baru menjadi nol persen. Hal ini dikarenakan pemerintah juga telah menggelontorkan insentif pajak dalam rangka pemulihan ekonomi akibat pandemi.
"Soal pembebasan pajak mobil baru akan kami kaji secara mendalam. Sebetulnya insentif perpajakan kita sudah sangat banyak di dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional ini, namun kami akan melihat apa-apa yang dibutuhkan untuk menstimulir perekonomian kembali," ujar dia dalam konferensi video, Selasa, 22 September 2020.
Sri Mulyani mengatakan kementeriannya akan selalu terbuka akan ide-ide anyar dari semua pihak. Namun, Kemenkeu tetap akan menjaga konsistensi dalam penerapan kebijakan tersebut.
Kementerian Perindustrian sebelumnya mengusulkan relaksasi pajak pembelian mobil atau pajak mobil baru menjadi 0 persen. Pemangkasan pajak kendaraan bermotor ini untuk stimulus pasar sekaligus mendorong pertumbuhan sektor otomotif di tengah pandemi Covid-19.
“Kami sudah mengusulkan kepada Menteri Keuangan untuk relaksasi pajak mobil baru 0 persen sampai Desember 2020,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangan resmi di Jakarta hari ini, Senin, 14 September 2020, seperti dikutip Antara.
<!--more-->
Menteri Agus menjelaskan pemangkasan pajak mobil baru tersebut diyakini bisa mendongkrak daya beli masyarakat dan memulihkan penjualan produk otomotif yang anjlok selama pandemi.
Saat ini, pembeli mobil dikenakan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2019 sebesar 15-70 persen untuk angkutan orang. Besaran tarif pajak disesuaikan dengan jumlah maksimal muatan setiap kendaraan, dan juga isi silinder mesin mobil.
Agus melanjutkan, kinerja industri otomotif pada semester pertama 2020 melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini terjadi karena dampak pandemi Covid-19 sejak Maret 2020. Tapi pada semester kedua tahun ini, mulai ada perkembangan yang positif.
Menurut dia, aktivitas industri otomotif memiliki multiplier effect yang luas, mulai dari penyerapan tenaga kerja yang besar hingga memberdayakan pelaku usaha di sektor lainnya. “Industri otomotif itu mempunyai turunan begitu banyak. Ada tear 1, tear 2, yang begitu banyak."
Baca: Sri Mulyani Revisi Proyeksi Perekonomian jadi Minus, IHSG Jeblok ke Level 4.934