Sri Mulyani Proyeksi Ekonomi Sepanjang 2020 Terkontraksi Hingga Minus 1,7 Persen
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 22 September 2020 12:19 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pihaknya telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk keseluruhan tahun 2020. Dalam proyeksi teranyar, pertumbuhan Produk Domestik Bruto atau PDB Tanah Air pada tahun ini ada di kisaran minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen.
"Artinya negative territory kemungkinan akan terjadi pada kuartal ketiga dan mungkin juga masih akan berlangsung untuk kuartal keempat yang kita upayakan untuk bisa mendekati nol atau positif," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi video, Selasa, 22 September 2020.
Sebelumnya, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini berada di kisaran minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen. Sri Mulyani mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi sangat bergantung kepada perkembangan kasus Covid-19 dan imbasnya terhadap perekonomian.
Apabila dirinci berdasarkan komponennya, Sri Mulyani mengatakan konsumsi rumah tangga diperkirakan masih berada pada zona kontraksi, yaitu minus 3 hingga minus 1,5 persen pada kuartal III 2020. Adapun untuk keseluruhan tahun, konsumsi Tanah Air diperkirakan tumbuh minus 2,1 hingga minus 1 persen.
Konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh tinggi pada kuartal III 2020 yaitu pada kisaran 9,8 persen hingga 17 persen. Sementara pada keseluruhan tahun berada di kisaran 0,6 persen hingga 4,8 persen. "Jadi pemerintah sudah melakukan all out melalui kebijakan belanja atau ekspansi fiskalnya sebagai cara untuk counter cyclical," kata Sri Mulyani.
Berkebalikan dengan konsumsi pemerintah, komponen investasi masih akan mengalami kontraksi di kuartal III dan keseluruhan tahun. Pada triwulan III, investasi diperkirakan turun ke level minus 8,5 persen hingga minus 6,6 persen dan untuk keseluruhan tahun di kisaran minus 5,6 persen hingga minus 4,4 persen.
Sementara itu, ekspor dan impor juga diperkirakan masih terkontraksi. Pada kuartal III, ekspor diperkirakan tumbuh negatif di kisaran -13,9 persen hingga -8,7 persen. Sementara, impor diperkirakan melemah di kisaran -26,8 persen hingga minus 16 persen.
<!--more-->
Adapun pada keseluruhan tahun ekspor diperkirakan tumbuh minus 9 persen hingga minus 5,5 persen. Sedangkan impor bakal terkontraksi lebih dalam di kisaran -17,2 persen hingga minus 11,7 persen.
"Keseluruhan tahun 2020 proyeksi kami di kementerian keuangan adalah antara minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen. Kalau kita lihat kontribusi dari negatif dua-duanya ini terbesar adalah dari investasi konsumsi dan ekspor kita," tutur Sri Mulyani.
Ketua Bidang Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Sutrisno Iwantono sebelumnya menilai Indonesia tak mungkin bisa menghindari resesi. Pada kuartal I/2020 sebenarnya pertumbuhan ekonomi sudah minus dibandingkan triwulan IV/2019.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II/2020 juga mengalami kontraksi sebesar 5,32 persen. “Triwulan III ini juga akan negatif. Tapi ini harus dipertahankan. Kami mendorong agar tidak terjadi krisis ekonomi,” kata Ketua Bidang Kebijakan Publik Apindo Sutrisno Iwantono pada diskusi virtual, Rabu, 2 September 2020.
Sutrisno menjelaskan bahwa resesi tidak menjadi masalah besar. Alasannya semua negara mengalaminya. Akan tetapi, dia berharap jangan sampai terjadi krisis ekonomi. “Kalau krisis membuat ekonomi anjlok luar biasa. Ini yang harus ditolong untuk jangka pendek,” katanya.
Upaya terdekat inilah menurut Sutrisno dibutuhkan oleh semua pelaku usaha dari mikro sampai besar. Pemerintah harus bisa membuat mereka bernafas panjang. Yang paling utama dilakukan adalah meningkatkan daya beli masyarakat. Apabila tidak bisa dilakukan, roda ekonomi tidak bisa bergerak.
Baca: Tahun Depan, Sri Mulyani Kurangi Dukungan Fiskal untuk Dunia Usaha