Kemenko Perekonomian: Sektor Industri Hasil Tembakau -10,84 Persen
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Sabtu, 5 September 2020 16:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono mengatakan Industri Hasil Tembakau sampai hari ini masih mengalami tekanan. Kondisi ini terjadi di saat industri lain sudah mulai mengalami rebound dengan naiknnya Purchasing Manufacturing Index (PMI) menuju ke posisi 50 pada Juni 2020.
"Tembakau masih sama dengan transportasi, kontraksi cukup dalam," kata Susiwijono dalam webinar di Jakarta, Sabtu, 4 September 2020.
Kondisi ini, kata Susiwijono, terlihat pada kuartal kedua 2020 kemarin. Sektor industri pengolahan tembakau mengalami kontraksi minus 10,84 persen (year-on-year/yoy). Kontraksi ini lebih dalam dari kondisi industri pengolahan secara keseluruhan yang hanya minus 6,19 persen yoy.
Secara kuartal, industri pengolahan tembakau juga mengalami kontraksi minus 17,59 persen (quartal-to-quartal/qtq). Ini jauh lebih tinggi dari industri pengolahan yang hanya minus 6,49 persen qtq.
Memang, kata Susiwijono, kontribusi industri pengolahan tembakau pada PDB sejak 2014 sampai awal 2020 masih di bawah 1 persen. Di atasnya masih ada industri makanan dan minuman, tertinggi yaitu 6,52 persen pada kuartal pertama 2020, atau industri tekstil dan pakaian jadi.
Akan tetapi, kata Susiwijono, peran dari industri ini sangat dominan pada tenaga kerja. Sebab, industri pengolahan tembakau adalah salah satu sektor usaha yang saat ini bersifat padat karya.
Baca juga: Tiga Cara Ikatan Sarjana Ekonomi Berkontribusi pada Perekonomian Indonesia
FAJAR PEBRIANTO