Defisit Anggaran 2021 Melebar, Sri Mulyani: Rasio Utang Bisa Mendekati 40 Persen

Reporter

Caesar Akbar

Selasa, 28 Juli 2020 15:36 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani menghadiri pelantikan anggota BPK di Gedung Mahkamah Agung, Jakarta Pusat, Kamis, 16 Oktober 2019. TEMPO/Francisca Christy Rosana

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjamin pembiayaan utang pada tahun depan bakal dilakukan secara hati-hati. Terlebih dengan melebarnya defisit anggaran sekitar 1 persen dari 4,17 persen menjadi 5,2 persen pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau RAPBN 2021.

"Kami akan melakukan pengelolaan dari outstanding utang secara hati-hati. Karena defisit meningkat, debt to GDP ratio kita bisa mendekati 40 persen," ujar dia dalam konferensi video, Selasa, 28 Juli 2020.

Dia mengatakan secara umum pemerintah akan menggunakan sumber-sumber pembiayaan yang diperkirakan memberikan dampak stabilitas terhadap Surat Berharga Negara.

Pemerintah akan tetap mengandalkan penerbitan SBN, baik domestik atau global, konvensional maupun syariah, serta retail maupun non-retail. "Itu semua akan dioptimalkan sehingga mendapatkan komposisi yang stabil," kata dia.

Tahun depan, Bank Indonesia masih tetap berperan sebagai pembeli siaga pada penerbitan-penerbitan surat utang negara. Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2020 dan Surat Keputusan Bersama I antara pemerintah dan bank sentral.

"Kami akan diskusi dengan BI, bagaimana BI akan tetap melaksanakan fungsi menjadi peserta lelang reguler atau mereka akan masuk melalui green shoe atau private placement," ujar Sri Mulyani.

Selain melalui penerbitan SBN, dia mengatakan pemerintah tetap akan memenuhi kebutuhan anggaran melalui pembiayaan lain, baik pinjaman bilateral atau multilateral. Sehingga, pemerintah bisa mendapat sumber dana yang relatif murah, namun dengan produktivitas yang maksimal.

Pemerintah memutuskan untuk memperlebar defisit dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau RAPBN 2021 menjadi 5,2 persen dari Produk Domestik Bruto. Angka ini jauh lebih tinggi dari desain awal yang disepakati dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

Sebelumnya, kata Sri Mulyani, DPR telah menerima rancangan defisit awal sebesar 4,17 persen dari PDB. Dalam catatan kesimpulan pembicaraan awal tersebut, DPR mengindikasikan defisit untuk tahun depan bisa ditingkatkan jadi 4,7 persen dari PDB.

"Namun, di dalam sidang kabinet pagi ini, presiden memutuskan kita akan memperlebar defisit jadi 5,2 persen dari PDB," ujar dia. Menurutnya, desain APBN 2021 akan cenderung difokuskan kepada upaya negara menghadapi ketidakpastian dan pemulihan ekonomi yang masih sangat dipengaruhi oleh kecepatan penanganan Covid-19.

Dengan defisit di 5,2 persen PDB pada 2021, Sri Mulyani mengatakan pemerintah akan memiliki cadangan belanja Rp 179 triliun yang prioritasnya akan ditetapkan oleh Presiden. Ia mengatakan belanja tersebut akan diarahkan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional pada tahun depan.

CAESAR AKBAR

Berita terkait

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

3 jam lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

7 jam lalu

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati tanggapi kasus penahanan hibah alat belajar SLB oleh Bea Cukai.

Baca Selengkapnya

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

10 jam lalu

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

Bea cukai sedang disorot masyarakat. Ini beberapa kasus yang membuat heboh

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

20 jam lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

1 hari lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

2 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

3 hari lalu

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

Wali Kota Medan Bobby Nasution boleh dibilang banjir penghargaan. Menantu Jokowi ini dapat penghargaan Satyalancana baru-baru ini.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

3 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

3 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

3 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya