Mendag Sebut 10 Komoditas Ini Berpotensi Tingkatkan Nilai Ekspor

Kamis, 23 Juli 2020 06:38 WIB

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto didampingi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berkeliling Mal Kota Kasablanka, Jakarta, Selasa, 16 Juni 2020. Keduanya pun tampak mengenakan masker dalam kunjungan tersebut. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto setidaknya ada sepuluh komoditas berorientasi pasar penjual (seller market) berpotensi mengerek kinerja perdagangan tanah air di tengah pandemi. Salah satunya adalah minyak sawit mentah (crude palm oil) dengan nilai ekspor US$ 14,7 miliar pada 2019. Komoditas ini menguasai pangsa pasar dunia hingga 53 persen.

Tak hanya sawit, Sarang burung walet merupakan produk seller market dengan pangsa sebesar 47,8 persen dengan nilai US$ 364,3 juta. Dari total ekspor dunia yang sebesar US$ 762,8 juta pada 2019, negara tujuan ekspor utama yang masih terkonsentrasi pada sebesar Cina sebesar 60,1 persen, Hongkong 23,7 persen, dan Singapura 8,5 persen.

"Pada masa Covid-19 masyarakat dunia membutuhkan kekuatan dan imunitas sehingga permintaan produk ini meningkat tajam," ujar Agus dalam sebuah diskusi virtual, Rabu 22 Juli 2020.

Kemudian, ada cengkeh dengan pangsa pasar 36,1 persen dengan nilai US$ 111,5 juta dari total ekspor dunia sebesar US$ 309,2 juta pada 2019. Negara tujuan ekspornya sebagian ke India 31,3 persen, Arab Saudi 11 persen dan Uni Eropa 7,7 persen.

Selain didorong naiknya permintaan produk berbahan baku natural, ekspor didukung perkembangan industri herbal, seperti India dan Taiwan. "Namun tantangannya adalah food safety, sustainable, dan organik," ujar Agus.

Produk seller market lainnya adalah oleo chemical dengan pangsa 31,9 persen, margarin sebesar 13 persen, cocoa butter sebesar 12,9 persen, tissue sebesar 18,9 pesen, flooring dari kayu sebesar 12,7 persen, timah sebesar 24,7 persen, dan nikel sebesar 28 persen. Dalam pendekatan pasarnya, Agus mengatakan dalam satu tahun ke depan difokuskan pada negara yang penanganan covid 19 yang mulai pulih atau sudah pulih.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Nilanto Perbowo menuturkan produk perikanan masih memiliki kinerja positif di tengah pandemi. Menurut dia, capaian tersebut terjadi bersamaan dengan Vietnam, Thailand, Filipina, India melakukan penutupan akses atau lockdown keras. Sementara Indonesia, ujar Nilanto, didukung kondisi negara kepulauan, pembudidaya dan nelayan tetap produksi.

<!--more-->

Namun, Nilanto menyayangkan ekspor perikanan belum memanfaatkan pasar Australia, yang mana pemenuhan konsumsi ikannya hanya 10 persen dari dalam negeri. Sayangnya, produk ikan Indonesia tidak masuk 10 besar secara volume, dikalahkan Vietnam, Thailand, dan Filipina. "Padahal, titik terdekat terbang (Indonesia-Australi) hanya 3-5 jam. Seandainaya bisa konsolidasi di titik terluar niscaya pasar Australia akan terbuka," ujar Nilanto.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Abdul Rochim mengatakan produk kopi olahan asal Indonesia berpeluang mengambil ceruk di pasar ekspor. Sayangnya, kenaikan impor kopi beberapa negara tidak sejalan dengan ekspor kopi Indonesia ke negara itu, bahkan ada penurunan. "Ini bisa jadi peluang bahwa sebetulnnya ada beberapa negara permintaan meningkat, tapi pemintaan impor dari negara lain lebih besar (dari Indonesia)," ujar Rochim.

Ia menyebutkan negara-negara yang mengalami peningkatan impor kopi, di antranya Inggris, Italia, Maroko, Hongkong, Jepang, Taiwan, Yunani, Saudi Arabia, Timor Leste, Malaysia, FIlipina, Korea Selatan, Jerman, Taiwan, Korea, UEA, Brazil, dan Brunei. Namun, produk kopi olahan asal Indonesia mengalami hambatan mulai dari tarif, isu penyakit atau hama, penetapan standar baru, standar keamanan pangan, dan lainnya.

"Namun, terdapat ceruk baru pasar dunia untuk single-origin coffee atau kopi yang berasal dari daerah, namun terhambat sertifikasi indikasi geografis," ujar Rochim. Ia berharap akan semakin banyak yang mendapatkan sertifikat ini tersebut.

Ketua Komisi Tetap Hortikultura Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Karen Tambayong berharap pemerintah bisa memanfaatkan Batam, Kepulauan Riau, sebagai hub produk pertanian. Dengan adanya hub di Batam, Karen berharap, Indonesia bisa mengekspor produk pertanian ke Singapura sebagai salah satu negara importir pangan.

<!--more-->

"Ini peluang besar bagi indonesia untuk ekspor pangan ke Singapura. Kenapa tidak manfaatkan yang sudah jelas Singapura butuhkan pangan dari Indonesia," tutur Karen.

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno menuturkan dari Sabang-Merauke, Indonesia memiliki kelebihan yang tidak semua dimiliki negara lain, seperti kopi, cokelat, merica, dan rempah lainnya. Ia berharap pemerintah dan pengusaha bersinergi untuk memetakan satu per satu peluang tersebut.

"Apalagi, sudah ada beberapa perjanjian dagang yang difasilitasi Kemendag dan Kemenlu (Kementerian Luar Negeri), tinggal digunakan infrastruktur itu," ujar Benny.

LARISSA HUDA







Advertising
Advertising

Berita terkait

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

1 jam lalu

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

Amnesty International menyiarkan temuan adanya jaringan ekspor spyware dan pengawasan ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

KKP Tingkatkan Kualitas dan Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

4 jam lalu

KKP Tingkatkan Kualitas dan Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjadikan peringatan Hari Tuna Sedunia sebagai momentum meningkatkan kualitas dan jangkauan pasar komoditas perikanan tersebut

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

1 hari lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

1 hari lalu

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mengatakan kinerja ekspor sawit mengalami penurunan. Ini penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

3 hari lalu

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP mengajak investor untuk investasi perikanan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

5 hari lalu

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

Amerika Serikat diklaim mendukung penundaan kebijakan UU Anti Deforestasi Uni Eropa yang dianggap merugikan sawit Indonesia.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

5 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

Greenpeace meminta KKP segera menghukum pelaku sekaligus mendesak pemerintah untuk meratifikasi Konvensi ILO 188 tentang Penangkapan Ikan.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

6 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Menteri Trenggono : Pengelolaan Sedimentasi untuk Kesejahteraan Masyarakat

6 hari lalu

Menteri Trenggono : Pengelolaan Sedimentasi untuk Kesejahteraan Masyarakat

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan bahwa pilot project inovasi pengembangan kawasan berbasis pemanfaatan sedimen memiliki dampak signifikan untuk kemakmuran/kesejahteraan masyarakat.

Baca Selengkapnya