Morgan Stanley Beberkan 3 Faktor Percepatan Pemulihan Ekonomi

Reporter

Bisnis.com

Editor

Rahma Tri

Selasa, 23 Juni 2020 13:53 WIB

Morgan Stanley. AP/Seth Wenig

TEMPO.CO, Jakarta - Riset terbaru lembaga keuangan Morgan Stanley menunjukkan bahwa ada tiga faktor penting yang mempengaruhi seberapa cepat pemulihan ekonomi nasional suatu negara, agar kembali ke tingkat pertumbuhan seperti sebelum dihantam pandemi Covid-19.

Faktor pertama adalah bagaimana masing-masing aktivitas ekonomi terpapar pada resesi global. Hal ini akan mempengaruhi laju pemulihan global serta tingkat pertumbuhan ekonomi struktural yang melekat.

Morgan Stanley mencontohkan ekonomi AS dan Eropa yang diperkirakan dapat kembali pulih ke level sebelum Covid-19 masing-masing pada kuartal IV/2021 dan I/2022. "Efeknya akan terasa melalui keterkaitan di pemulihan perdagangan, pariwisata dan komoditas," ujar Morgan Stanley dalam risetnya, Selasa 23 Juni 2020.

Bagi negara Asia yang termasuk pulih lebih cepat seperti Indonesia, India, Cina dan Filipina, lebih berorientasi ke permintaan domestik. "Ini artinya, manajemen situasi Covid-19 domestik lebih penting."

Adapun negara-negara Asia seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, Thailand hingga Korea Selatan lebih terbantu oleh kegiatan ekspor. Oleh karena itu, Morgan Stanley menilai pemulihan ekonomi nasional negara tersebut akan dipengaruhi oleh perkembangan eksternal atau global secara lebih luas.

Advertising
Advertising

<!--more-->

Faktor kedua adalah efektivitas respons kelembagaan dalam menangani Covid-19, dan dampaknya terhadap permintaan domestik. Kajian Morgan Stanley, Cina, Taiwan, Hong Kong dan Korea berhasil mengontrol pandemi sehingga ekonominya cenderung terkendali. Bahkan, beberapa negara tidak perlu melakukan lockdown. Seperti diketahui, lockdown memicu tekanan pada permintaan domestik.

Morgan Stanley memasukkan Singapura, Thailand dan Malaysia di grup papan tengah. Sementara Filipina, India dan Indonesia, akan memerlukan waktu dalam hal penanganan pandemi Covid-19. Pasalnya, jumlah kasus belum menurun secara signifikan dan berkelanjutan.

Faktor ketiga, sejauh mana pelonggaran kebijakan dilakukan dan ruang atau inisiatif untuk berbuat lebih banyak. Ini berkaitan dengan seberapa agresif respon pemerintah melalui jalur fiskal. Dalam catatan Morgan Stanley, pemerintah yang sangat agresif antara lain Cina, Singapura, Hong Kong, Filipina, Indonesia dan India. Musababnya, negara-negara ini telah menyiapkan bantuan sosial pemulihan yang siklikal.

Dari riset tersebut, Singapura, Hong Kong, Taiwan dan Korea memiliki ruang fiskal cukup luas. Kondisi yang sama ditunjukkan oleh Thailand, Filipina, Malaysia dan Cina. Sementara itu, India dan Indonesia diperkirakan akan mengalami hambatan kebijakan. "Kondisi likuiditas yang ketat dan defisit transaksi berjalan juga dapat menghadirkan kendala pendanaan untuk India dan Indonesia," tulis Morgan Stanley.

BISNIS

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

12 menit lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

4 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

5 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

6 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

10 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

13 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

14 jam lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

23 jam lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya